BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia perlu
memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu
kehidupan manusia mengalami banyak perubahan. Kemajuan perdaban menimbulkan
pergeseran banyak perilaku yang mempengaruhi perangai perorangan maupun
kelompok.
Iman Ibnul Qayyim
berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari kesombongan dan rendah
diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga,
sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
Ibnul Qayyim
juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga memiliki
akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar perilaku manusia
ada dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga akan selalu ada
disana. Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar penyakit akhlak, yaitu Pertama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa
wilayah akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan
bercampur dengan kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar
manusia memahami secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit
syahwat. Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan
kekuatan kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan.
Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan
bertekad secara kuat.
Begitu
banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapat menimbulkan
akhlak atau perilaku tercela.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas, penulis mengambil suatu rumusan masalah, yaitu:
a) Apakah
definisi akhlak tercela ?
b) Apa saja
sebab kemerosotan akhlak ?
c) Apa saja
contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
d) Apa saja
bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?
C. Manfaat
Siswa dapat memahami macam-macam
akhlak tercela.Dapat menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari
perilaku tercela karena membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen
kehidupan.
D. Tujuan penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini antara lain:
1.
Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran Akidah Akhlak kelas X.
2.
Untuk menjelaskan macam-macam akhlak tercela dan cara pencegahannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Akhlaq Tercela
Definisi akhlak
menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran
terlebih dahulu.
Kata akhlak
berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu,
artinya menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan)
dan kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku
manusia yang datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan moral berasal dari maros
(bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda antara
moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan
akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah swt.
Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi
orang yang berakhlak sudah pasti bermoral. Dan Rasulullah saw di utus untuk
menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu
Khurairah, “Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak manusia.”
Dengan
demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang
dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya
ataupun orang lain.
B. Sebab-sebab
kemerosotan akhlak
Akhlak,
memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya
juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam
keterpurukan.
Di antaranya
yaitu :
a. Lemah Iman
Lemahnya iman
merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan kerana
iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
b. Tabiat/
watak asli
Ada sebagian
orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan
dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang
tersebut, sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak
mempengaruhi perilakunya.
c. Lingkungan
Lingkungan
memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang, karena seperti
dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup
dan terdidik dalam lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta
tidak tahu tujuan hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana
hasil didikan lingkungannya.
C. Contoh-contoh
Akhlaq Tercela
Akhlaq tercela
dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi
dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan
perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya
macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Akan tetapi,
penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu ujub/berbangga
diri, takabur, putus asa, berlebih-lebihan, dusta dan iri/dengki.
a. Ujub
Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: "Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga
seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi
ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya
itu lebih wara' dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang
dirinya!". Orang yang demikian itu, beranggapan bahwa segala kesuksesan
yang diraihnya, seperti harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan
yang tak tertandingi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya.
Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT.
orang yang bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya
benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik
orang lain.
Ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang artinya:
Artinya: “Dan
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu (menjadikan kamu
bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia
dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan
kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb
al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak, Apakah kibr (sombong)
itu?،¨ Dia menjawab,
Jika engkau merendahkan orang lain.،¨ Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia menjawab
jika engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh
orang lain, aku tidak tahu sesuatu yang lebih buruk bagi orang yang shalat
daripada ujub.
Berikut ini
adalah hal-hal yang Dipakai 'Ujub dan
Terapinya:
1. 'Ujub dengan fisiknya
Pengobatan
jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan) tentang berbagai kotoran batinnya, tentang
mula penciptaan dan akhir kesudahannya, tentang bagaimana wajah yang cantik dan
tubuh yang gemulai itu akan terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur
hingga menjijikkan.
2. 'Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan
'Ujub dengan
kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan, pencampakan diri ke dalam
kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah dengan mengetahui bahwa meriang
sehari saja bisa melemahkan kekuatannya dan bahwa apabila ia ujub dengan
kekuatannya bisa jadi Allah akan mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling
ringan yang dilakukannya.
3. 'Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah
dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas yang telah
diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling ringan yang menimpa
otaknya sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan gila sehingga menjadi
bahan tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman kehilangan akal jika ia ujub
dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya. Hendakalah ia menyadari
keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia mengetahui bahwa ia tidak
diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun ilmu pengetahuannya luas.
4. 'Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit
ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan akhlak nenek
moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka maka sesungguhnya
ia bodoh, tetapi jika meneladani nenek moyangnya maka hendaknya mengetahui
bahwa nenek moyangnya tidak pernah ujub bahkan mereka senantiasa khawatir
terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan, ilmu, dan sifat-sifat terpuji
bukan dengan nasab.
5. Ujub dengan nasab para penguasa yang
zhalim dan pendukung meraka.
Terapinya
adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan
tindakan-tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan yang
meraka lakukan terhadap agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang yang
dimurkai Allah.
6. 'Ujub dengan banyaknya jumlah anak,
pelayan, budak, keluarga, kerabat.
Terapinya
adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka, bahwa mereka
semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat dan bahaya kepada
diri mereka sendiri.
7. 'Ujub dengan harta
Terapinya
adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan, hak-haknya yang
banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian memperhatikan keutamaan
orang-orang fakir dan bahwa mereka akan masuk surga terlebih dahulu pada hari
kiamat.
8. 'Ujub dengan pendapat yang salah*
Terapi ujub ini
lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik pendapat yang
salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti ditinggalkannya.
Tidak akan mengobati penyakit orang yang tidak tahu bahwa dirinya sakit.
Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu menuduh pendapatnya sendiri
dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh Al-Qur'an atau
sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai persyaratannya.
b. Takabbur
Takabbur adalah
sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang
kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur
sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib
dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Tidak
diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat
sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir. Kesombongan
batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan
zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku
seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin
akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka
apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr
(sifat sombong).
Kesombongan
berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang lain yang dijadikan
bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat tahajudnya, maka
ia tidak perlu melihat ibadah tahajud orang lain, cukup baginya mengatakan,
“Saya seorang ahli ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.” Maka ia
telah melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang sombong memerlukan
orang lain untuk membandingkan dengannya. Semakin tinggi kesombongannya, maka
ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin selalu berada di atas
yang lain.
Orang
yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari
sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan
masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada
kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Terapi
sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi pengobatannya adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi pengobatannya adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
c. Putus asa
Semua umat
manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah menjadi lemah dan
lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau racun yang
benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan
sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara
sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena
bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan
dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua
berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS.
Yusuf:87)
Putus asa
memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra. berkata: "Kebinasaan ada
dalam dua hal, putus asa dan ujub”.
Ibnu Mas'ud ra
menyebutkan kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai kecuali
dengan usaha, pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan orang yang putus
asa tidak mau berusaha dan tidak mau pula mencari, sementara orang yang 'ujub
beranggapan bahwa ia bisa mencapai kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga
ia tidak mau berusaha, karenaapa yang sudah ada tidak perlu dicari dan apa yang
mustahil juga tidak perlu dicari.
d. Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan
adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan
baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya
sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan
hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi
dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta
benda dan kerusakan alam.
Sikap
berlebih-lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu
berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga
menegaskan dalam ayat lain, yakni:
Artinya: “Dan berilah kepada
kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang muslim dan orang yang dalam
perjalanan, dan janganlah engkau boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu
adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS.
Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antara lain
sebagai berikut:
a. Senantisa
bersyukur kepada Allah SWT.
b. Mengatur
anggaran keuangan denga menabung.
c. Senantiasa
berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d. Melakukan
sesuatu sesuai ukurannya.
e. Dusta
Dalam Alquran
kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita temukan dalam bentuk yang
berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun,
Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat, Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua
sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau
sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab beberapa faktor yang ada,
antara lain:
- Lemah jiwa dan mentalnya.
- Kegoncangan jiwa.
- Senang dengan perhatian manusia atau
pandangan manusia.
- Suka bergurau atau bercanda yang
berlebihan.
- Rasa dengki dan iri yang ada.
- Lingkungan yang buruk dan berpengaruh
padanya.
Dalam Riyadhus
Sholihin, Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu
Kultsum, dari Nabi saw. bersabda, "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang
yang mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik pada kedua belah
pihak." Hadis Bukhari Muslim. Dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum
diberi keringanan tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu
dalam perang, ishlah antara manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya,
dan istri pada suaminya."
f. Iri Hati atau Dengki
Syeikh Abu
Hamid Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa tidak ada
kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat
kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada
seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap dari
padanya.
Keadaan ini
disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat, dan ingin
melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri mengharapkan
agar mendapat nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang dimiliki orang
lain.
Sifat pertama
di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa ganasnya penyakit
nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai hadits
Rasulullah SAW. Di antaranya :
“Hasad itu
memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu bakar”. (HR. Abu Daud
dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)
“Janganlah
kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan persaudaraan, jangan
saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba
Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang
memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia ketika orang
lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang demikian itu
dinamakan Syamatah, yatu bahagia yang timbulnya sebab mendengar atau
melihat adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang
dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang
artinya :
“Jika kamu
memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu mendapat
bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah
pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing, adu domba, menyebar
fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat ini hanya akan
membawa manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk
menghindari sifat dengki, di antaranya:
1) Menyadari
dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik kita.
2) Menyadari
dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
3) berikhtiyar
dan berdoa
g. Aniaya
(Zalim)
Aniaya
dalam bahasa Arab adalah zalim (al-zulumu) artinya tidak adil. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia aniaya diartikan sebagai perbuatan bengis, seperti penyiksaan,
penindasan, memperlakukan orang lain sewenang-wenang, menyiksa, dan
menindasnya.
Definisi
zalim menurut Al-Qur’an adalah tidak mau bertobat. Dengan demikian dalam arti
yang sangat luas zalim dapat di artikan perilaku yang tidak mau bertobat.
Perhatikan petikan firman Allah surah Al-Hujurat/49:11, yang artinya : ‘’Dan
barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.’’
Perbuatan
zalim mendapat ancaman dari Allah swt, di antaranya Allah tidak akan memberikan
petunjuk seperti QS.Al-Baqarah/2:258, yang artinya :’’Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang zalim.’’
Syaih
Muhammad Al-Utsaimin berpendapat bahwa zalim dapat dibedakan menjadi beberapa
macam :
1. Kezaliman yang paling zalim, yaitu syirik kepada Allah.
2. Kezaliman manusia terhadap dirinya sendiri dengan cara tidak memberikan hak
kepada diri sendiri seperti : Berpuasa yang tidak mau berbuka, salat sepanjang
malam, sehingga tidak tidur sama sekali.
3. Kezaliman seseorang terhadap orang lain, seperti : Melakukan pemukulan,
pembunuhan, atau perampasan harta.
Kezaliman yang
dilakukan manusia karena ketidakmampuan manusia untuk mengatasi syahwat dan
amarahnya. Hal itu dapat diatasi dengan cara meletakkan syahwat dan amarah sebagai
tawanan yang harus mengikuti perintah akal dan agama.
h.Diskriminasi
Kata
diskriminasi berasal dari bahasa Belanda ³discriminatie´artinya pemisahan atau
perbedaan. Kata diskriminasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III
artinya perbedaan perlakuan terhadap sesame warga Negara . Kata diskriminasi
berasal dari bahasa Inggris disebut ³discrimination´artinya perbedaan perlakuan
. Kata diskriminasi berasal dari bahasa Arab disebut ³tafriq´ dan merupakan
sifat tercela yang harus dihapus .
Menurut UURI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Bab 1 pasa 1 menjelaskan kata diskriminasi adalah setiap pembatasan,
pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tidak langsung didasarkan pada
perbedaan manusia atas alas an agama ,suku, ras,etnik,kelompok,jenis kelamin,
bahasa , keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan, penyimopangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusiadan kebebasan
dalam kehidupan, baik individu atau kolektif dalm bidang politik ekonomi,hukum,
social, budaya, dan aspek kehidupan lain.Dari pengertian diatas , islam melarang
diskriminasi karena termasuk sifat tercela yang harusdijauhi. Di hadapan Allah
semua manusia adalah sama , yang membedakan hanya kualitas ketakwaan
kepada-Nya.
Allah.swt
berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal”(Q.S.
Al-Hujurat:13)
Diskriminasi adalah perbuatan zalim
dan tercela karena akan mendatangkan kerugian kepada orang yang diperlakukan
diskriminatif.Diskriminasi bisa terdapat dalam kehidupan berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara.
1.Orangtua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap
anak-anaknya adalah contoh
perilaku
diskriminasi dalam kelusarga .
2.Islam mengajarkan agar dalam berkehidupan
bertetangga , antara satu tetangga
dengan tetangga lainnya saling menghormati dan
menghargai, tanpa membedakan
suku bangsa, agama, status social, dan sebagainya.
3.Dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan
bernegara, perilaku diskriminasi itumisalnya jika pemerintah hanya melindungi
golongan tertentu. Padahal pemerintahwajib melindungi seluruh rakyatnya tanpa
kecuali.Berdasarkan ras, suku, warna kulit , perlakuan diskriminasi antara lain
adalah :
1.Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan
perlakuan terhadap orang berdasarkan jenis kelamin. Di kota Mekah pada masa
jahiliah, kaum perempuan berkedudukan sangat rendah
2. Diskriminasi ras, yaitu pembedaan berdasarkan asal
bangsa yang menganggap bahwa ras yang satu lebih hebat daripada ras yang lain.
3.Diskriminasi social, yaitu berdasarkan status
sosialnya, seperti kaya dan miskin, bangsawan dan rakyat jelata , atau suatu
agama dengan agama lain.
4.Diskriminasi warna kulit (apartheid )yaitu
berdasarkan warna kulit . orang yang berkulit putih dianggap lebih
terhormat.Berdasarkan ayat Al Qur¶an tersebut, islam menghapuskan tumbuhnya
sikap diskriminasi dan menggantinya dengan menyuburkan sifat pengasih dan
penyayang. Allah bahkan meletakan sifat tersebut di dalam nama-Nya, yaitu
bismillah ar rahman ar rahim, yang artinya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
untuk menjadi contoh dan rahmat bagi hamba-Nya.
-
Cara menghindari diskriminasi :
1.Gemar bersilaturahmi
2.Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan
3.Bersikap toleransi (tasamuh) terhadap sesama umat
beragama dan tidak memaksakan keyakinan agama kepada orang lain.
4.Aktif dalam kegiatan yang tujuannya mengahapus
diskriminasi.
5.Tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain.
6.Tidak menghina, berburuk sangka , bahakn memfitnah
orang lain.
7.Selalu beribadah kepada Allah dan tidak
menyukutukan-Nya, serta berbuat baik kepasa sesama.
- Ilustrasi penentangan diskriminasi dalam islam :
a. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan siti Hajar, seorang
budak dari Etiopia yang dianggap hina, sebagai istrinya. Ternyata budak yang
dianggap rendah tersebut justru mempunyai kepribadian yang mulia, tidak mudah
menyerah ketika ketika menghadapi kesulitan bagaimanapun beratnya, dan
bertanggung jawab atas tugas atau kewajibannya , khusu dalam memelihara dan
membesarkan putranya yaitu Ismail a.s.
b.Di zaman Nabi
Muhammad saw. Perjuangan menghapuskan dioskriminasi terus dilanjutkan ,
khusunya budak di Kota Mekah. Budak yang dimaksud bernama Bilalbin rabid, dia
hamba Allah yang tangguh dan teguh dalam mempertahakan keyakinan islam.
Demikian pula Zaid bin Haris yang telah dimerdekakan oleh Nabi Muhammad saw.
dan diangkat sebgai anak asuh beliau hingga dinikahkan dengan Zaenab saudara
sepupu Rasulullah saw. dari suku Quraisy.
i.Riya
Ria
berasal dari bahasa arab yang artinya memperlihatkan atau terkenal dengan
istilah memamerkan. Dari segi syra, imam alhafidz ibnu hajar dalam kitabnya
fathul bari mengatakan bahwa ria adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan
atau maksud agar dapat dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya.Riya adalah
memperlihatkan suatu ibadah dan amalan shaleh kepada orang lain bukan karna
allah, tetapi karna suatu yang lain selain allah. Misalnya karena ingin
memperoleh kemasyuran dan keuntungan dunia.sedangkan memperdengarkan ucapan
ibadah dan amal saleh kepada orang lain. Ria merupakan sifat tecela karena
melakukan amal perbuatan tidak untuk mencari ridho allah melainkan untuk
mengharap pujian dari orang lain, ria merupakan kemunafikan dan
syirik,Rasulullah bersabda:
‘’Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpa
kamu ialah syirik kecil. Nabi SAW ditanya tentang apa yang dimaksud dengan
syirik kecil maka beliau menjawab yaitu riya.’’
Jadi hakikat riya adalah seorang
hamba yang taat pada allah swt dengan tujuan ingin mendapatkan kedudukan atau
pujian manusia.Tanda tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh ali bin abi
thalib. Kata Rasulullah :’’Orang yang riya itu memliki tiga ciri, yaitu malas
beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada ditengah tengah orang
ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya
ketika dirinya dicela.’’
Dilihat dari bentuknya ria ada dua macam yaitu:
1. Riya dalam niat
Riya dalam niat yaitu ketika
mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan untuk mendapat pujian, sanjungan, penghargaan dari
orang lain, bukan karna alloh. Padahal niat itu sangat menentukan nilai dari
suatu pekerjaan.Jika pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat karna allah maka
perbuatan itu mempunyai nilai disisi allah.jika dilakukan karna ingin mendapat
sanjungan dan penghargaan dari orang lain maka perbuatan itu tidak akan
memperoleh pahala dari allah hanya sanjungan dan itulah yang akan dia peroleh.
Nabi muhammad SAW bersabda:’’Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
niatnya´’.(HR Muslim).Riya yang merkaitan dengan hati paling sulit untuk
diketahui karna yang mengetahuinya hanya allah swt semata.
2. Riya dalam perbuatan
Riya dalam perbuatan ini, misalnya
ketika megerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya ini dalam mengarjakan
shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan dan kekhusuannya jika
dia berada di tengah tengah orang atau jamaah. Sehingga orang lain melihat dia
berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun tiu mengharapkan
perhatian, sanjungan, pujian orang lain agar dia dianggap sebagai orang yag
taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam shalat akan celaka.
Allah berfirman yang artinya :
“ maka celakalah orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap
shalatnya yang berbuat riya dan enggan
(memberikan) bantuan.” (QS
Al-Maun/107:4-7).
Riya yang berhubungan dengan perbuatan ini masih dapat
dilihat sekalipun agak samar-samar.
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam
perbuatan yaitu sebagai berikut:
1. Tidak aka melakukan perbuatan baik seperti
bersedekah bila tidak dilihat orang
2. Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan
3. Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam
beribadah jika mendapat pujian saja,sebaliknya mudah menyerah jika dicela orang
4. Senantiasa berupaya menampakan segala perbuatan
baiknya agar diketahui orang banyak.
Riya bisa terdapat dalam urusan
keagamaan dan bisa pula dalam urusan keduniaan.
A.Riya dalam urusan keagamaan , misalnya:
Seseorang melakukan shalat berjamaah
dengan maksud bukan ingin memperoleh keridaan Allah SWT, tetapi agar mendapat
penilaian dari masyarakat sebagai muslim yang taat.
B.Riya dalam urusan keduniaan, misalnya:
Seseorang memperlihatkan kesungguhan
dan kedisiplinannya dalam bekerja kepada atasannya, dengan tidak dilandasi
nilai ikhlas karena Allah SWT, karena ia ingin dinilai baik oleh atasannya,
lalu pangkatnya atau gajinya dinaikkan.
Sifat riya yang membahayakan
terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
1. Selalu muncul ketidak puasan terhadap apa yang
telah dilakukan.
2. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisa ketika
berbuat sesuatu
3. Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak
memerhatikannya
4. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada
hentinya
5. Merugikan diri sendiri karena termasuk perbuatan
tercela
Cara menghindari sifat riya:
1.Banyak mendatangi dan mendengarkan pengajian atau
nasihat yang disampaikan oleh para ulama yang membahas berbagai masalah dalam
islam (QS. Al Anfal:2)
2. Bergaul dengan teman yang baik dan saleh , disiplin
beribadah dan beramal saleh , serta membiasakan diri berakhlak terpuji.
3.Memelihara diri dengan beramal saleh secara ikhlas
dan secara sembunyi-sembunyi karena untuk mencari rida Allah swt.
Begitulah bahaya dari sifat riya
bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi yang artinya syirik ringan
karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan pada sesuatu selain
Allah.
D. Bahaya
Akhlak Tercela
Adapun bahaya
yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh
Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu
cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan maksiat mematikan itu.
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits
riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa
yang menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa
yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang
maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus
keberkahannya.
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain
lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi
sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus
berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda
kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan
kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan
membangun akal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela
adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan
mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain. Akhlak, memiliki
sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga
mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan jatuh ke dalam
keterpurukan.
Akhlaq tercela
dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat di golongkan menjadi
dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan
perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu banyaknya
macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Beberapa akhlak
tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur (sombong), putus asa, dusta dan
iri/dengki (hasad).
B. Saran
Al-Qur’an
menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara yang sangat mudah
yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang bodoh, dan menolak
perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
Bersyukurlah
atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati kita akan selamat
dari akhlak tercela.
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahannya
Drs.H.Thoyib
Sah Saputra,M.Pd,Drs.H.Wahyudin,M.Pd,PAI Akidah Akhlak kurikulum 2008.kelas X
Madrasah Aliyah. Semarang: CV Toha Putra
tulisannya terlalu full colour. mataQ jadi silau. . .
BalasHapusoke , sipp ... udah di ganti gan , kemaren2 lupa gnti , gra2 langsung copas dri data makalah ak ^^
BalasHapusukuran font'y terlalu kecil.
BalasHapusblog.nyaaa asyiikkk!!!!! like.like.like ^_^
BalasHapusmbak...judul lagunya apa ya kalau boleh tau????
BalasHapusVita : Lagunya Miley Cyrus - The climb, makasih ya udah berkunjung ^.^
BalasHapusMakalahnya singkat dan detail.
BalasHapusalangkah bagusnya di tambah tulisan Arab Ayat Al-Qur'an dan Hadist-hadist yang Shahih.
sehingga pembaca lebih memahami kandungannya.
Wah, Subhanallah bagus sekali makalahnya. Betul sekali alangkah bagus lagi bila ditambah Al-Qur'an atau Hadits.
BalasHapusIzin Copas ya kak :) buat contoh bagaimana buat makalah bagus kaya kaka..
Thank you mb Niken :) lam's kenal, Good your mkalah..
BalasHapus