Jumat, 05 Desember 2014

Parade Kemiskinan di Sebuah Negara Kaya



            Apa yang anda pikirkan ketika mendengar nama Indonesia? Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang mempunyai beribu-ribu suku bangsa, adat istiadat, dan sumber daya alam yang melimpah yang menjadi penyuplai oksigen terbesar kedua didunia?. Indonesia juga merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 didunia, dimana mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Ataukah sempat terlintas dalam pikiran Anda bahwa Indonesia adalah negara yang banyak menyumbang polusi udara (kabut asap) didunia, negara terkorup, dan negara miskin ?
            Dalam pikiran saya, Indonesia adalah negara kaya dengan kelimpahan sumber daya manusia dan alamnya namun penduduknya masih banyak berada di garis kemiskinan. Sebenarnya apa yang salah dengan Indonesia ini ? Apakah pemanfaatan sumber daya alamnya yang kurang ataukah justru sumber daya manusia kita yang tidak produktif ? Kita semua mengetahui bahwa kualitas SDM Indonesia masih tidak sepenuhnya produktif, kekayaan SDA kita kebanyakan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, dan ironisnya masyarakat Indonesia hanya dijadikan sebagai buruh di tempat itu. Menyedihkan, sungguh sangat menyedihkan... Masyarakat Indonesia menjadi masyarakat miskin di negaranya yang kaya raya.
            Lalu, pernahkah Anda mendengar sebuah berita, seorang ibu muda melakukan bunuh diri bersama dua anaknya dengan cara minum racun. Akibat beban hidup yang begitu berat. Pertanyaannya adalah mengapa ada orang yang mau bunuh diri dengan meracuni diri sendiri? Tapi setelah diselidiki lebih lanjut, dalam surat wasiatnya sang ibu menyatakan kasihan kalau anak-anaknya hidup dalam kemiskinan. Jadi lebih baik dimatikan saja, agar semua penderitaan berakhir. Ironis sekali bukan pemikiran salah satu SDM kita ini ? Kemana nilai-nilai agama dalam dirinya ? Bukankah masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama ? Apakah nilai-nilai agamanya telah tergerus oleh jahatnya kemiskinan di bumi pertiwi ? Inilah parade kemiskinan di sebuah negara kaya.
            Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan membahas mengenai apa itu kemiskinan ? Apakah kemiskinan itu akan mendekatkan kita pada kezaliman ? Apakah mimpi-mimpi besar Indonesia hanya sebatas mimpi ? Serta bagaimana cara-cara untuk mengatasi kemiskinan ?
Menyinggung masalah kemiskinan, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa arti kemiskinan. Berdasarkan Kamus  Besar  Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan(berpenghasilan rendah). Dari bahasa aslinya(Arab) kata  miskin  diambil  dari  kata sakana  yang  artinya diam atau tenang sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya menjadi diam atau tidak bergerak.
Menurut al-Fairuz Abadi dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.[1]
Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat 60:


Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada bantuan. [3]

Kemiskinan mendekatkan pada kezaliman
            Kata zalim berasal dari bahasa Arab, yang artinya gelap. Secara istilah zalim mengandung pengertian berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat agama Islam.[4]
            Dalam hal ini kemiskinan dapat dipandang dalam dua hal, yaitu sebagai sebab permasalahan dan akibat permasalahan. Sebagai sebab permasalahn, seperti yang telah saya singgung tadi, kemiskinan adalah akar dari sebagian besar tindak kezaliman. Pencurian, korupsi, bunuh diri, perdagangan anak-anak/perempuan dan pelacuran, kriminalitas, kebodohan, dan kelaparan, semua itu adalah buah dari kemiskinan. Ketika kita lihat dari sisi permasalahan pencurian, pelacuran, bunuh diri, dan kriminalitas, kebanyakan motif dari keempat kasus tersebut adalah karena terlalu berat beban ekonomi yang ada dipundak mereka, belum lagi jika mereka harus menghidupi anak-anak dan keluarga mereka yang begitu banyak. Kemudian ketika dilihat dari sisi kebodohan dan kelaparan, lagi-lagi karena terjepit dalam ruang kemiskinan seorang anak memutuskan untuk berhenti sekolah. Suatu desa miskin menjadi desa tertinggal karena minimnya sarana dan prasarana desa tersebut, belum lagi ditambah dengan keadaan anak-anak di desa yang mengalami permasalahan gizi buruk, keterbelakangan mental, dan berbagai permasalahan kesehatan lainnya. Dari sisi inilah  dapat terlihat bahwa kemiskinan sangat kejam dan merupakan permasalahan pelik bagi bangsa Indonesia.
            Sedangkan dalam pandangan sebagai akibat permasalahan, kemiskinan merupakan suatu hasil dari ketidakadilan. Baik itu ketidakadilan pemimpin bangsa, hukum yang berlaku, sistem, maupun gabungan dari ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan menempatkan kepentingan masyarakat miskin sebagai kepentingan terendah, bahkan hal tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting untuk dipikirkan. Tipe pemimpin seperti ini lebih suka mementingkan kepentingan pribadi dan orang kaya yang dengan mudah untuk  memberikan “bonus”, bahkan tidak peduli dengan rintihan jutaan rakyat yang terjebak dalam kemiskinan. Ketidakadilan hukum akan menempatkan orang miskin dalam posisi masyarakat terlemah. Apalagi ketika terjadi praktek jual beli jasa hukum, dimana salah satu contohnya pejabat yang korupsi dipenjara selama 1 bulan, sedangkan maling ayam di penjara selama 3 bulan. Kemudian ketidakadilan sistem akan membuka peluang terjadinya hukum rimba yang berimbas pada tidak didengarkannya suara-suara rakyat miskin.
Rasulullah saw. Pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Turmudzi :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya manusia yang paling dicintai allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci allah dan sangat jauh dari allah adalah seorang pemimpin yang zalim. (HR. Turmudzi)[5]
Hadis ini menekankan bahwa kriteria adil sangat penting bagi seorang pemimpin. Tanpa nilai-nilai keadilan yang dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin, maka sebuah kepemimpinan tidak akan berhasil mengangkat kesejahteraan umatnya. Karena itu, bisa kita pahami mengapa Rasul berkali-kali menekankan akan pentingnya seorang pemimpin yang adil.



Mimpi-mimpi bangsa Indonesia, apakah hanya sebatas mimpi ?
            Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita yang sederhana, yaitu mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Selain mempunyai cita-cita, bangsa Indonesia juga mempunyai tujuan nasional yang sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya menginginkan adanya pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.[5]
            Tetapi sangat disayangkan, diusia bangsa Indonesia yang sudah menginjak 69 tahun kemerdekaannya, kini bangsa Indonesia malah memasuki fase penjajahan kembali, yang menempatkan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa kuli. Bukankah kita telah diingatkan oleh Bung Karno : “Wahai pemuda ! Indonesia akan kembali menjadi bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina dirumah sendiri. Dan sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan Benua Australia, diantara lautan Teduh dan lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula mencoba untuk hidup kembali menjadi sebuah bangsa, akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali menjadi een natie van koelis, en een koelie onder de naties” – Soekarno.[6]
            Ada sebuah pertanyaan kecil, bagaimana membangun sebuah bangsa dan menghapuskan segala masalah yang menghambat pertumbuhan bangsa ini jika masyarakatnya saja tidak mempunyai jiwa dan karakter ? Hanya ada satu jawaban pasti, sumber kekuatan kita yang paling utama adalah semangat dan jiwa bangsa kita sendiri.



Jangan berdiam diri
            Mimpi-mimpi besar bangsa Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Mimpi-mimpi besar tersebut akan terwujud dengan adanya komitmen masyarakatnya untuk berbenah diri namun hal itu juga tidak akan tercapai jika persoalan kemiskinan masih menjadi masalah terbesar di sekitar kita.
Islam adalah sistem hidup yang sahih. Islam memiliki cara yang khas dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat Islam memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan masalah kemiskinan; baik kemiskinan alamiah, kultural, maupun struktural. Namun, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki hubungan sinergis dengan hukum-hukum lainnya. Jadi, dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk kemiskinan, Islam menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam mengatasi kemiskinan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.     Bekerja
Bekerja adalah cara utama untuk mengatasi kemiskinan. Ia adalah faktor dominan dalam hal kemakmuran dunia. Didalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk bekerja atau mencari nafkah. Hal tersebut sesuai dalam firman Allah Azza wa Jalla :
”Dia-lah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [al-Mulk/67:15]
Selain itu, cara mengatasi kemiskinan adalah dengan membuka lapangan pekerjaan baru disemua bidang, serta diadakan pelatihan agar calon-calon pekerja tersebut memiliki keahlian dalam bidangnya. Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban negara. Hal ini menyandar pada keumuman hadis Rasululah saw.:
“Seorang iman (pemimpin) adalah bagaikan penggembala, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya)” (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah, ketika syariat Islam mewajibkan seseorang untuk mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maka syariat Islam pun mewajibkan negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan cara ini, setiap orang akan produktif sehingga kemiskinan dapat teratasi.

     1. Zakat
Islam tidak akan acuh terhadap kemiskinan yang terjadi. Salah satu cara mengatasi kemiskinan menurut Islam adalah dengan mengeluarkan zakat, seperti yang difirmankan Allah pada surah At-Taubah ayat 60 yang sudah saya sebutkan diatas. Karena didalam zakat, ada hak-hak orang lain yang membutuhkan dan fakir miskin sendiri adalah penerima zakat yang paling utama

    2. Kebijakan pemerintah yang pro rakyat
Tentu saja peran aktif dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh kekuatan dalam memerangi kemiskinan.Seorang pemimpin tidak bisa sekedar berpikir dan bergulat dengan wacana sembari memerintah bawahannya untuk mengerjakan perintahnya, melainkan pemimpin juga dituntut untuk bekerja keras untuk mengurus persoalan-persoalan rakyatnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian BLT, raskin, pinjaman sementara untuk modal usaha, maupun penyediaan layanan pendidikan secara cuma-cuma.
Dari keseluruhan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengentasan kemiskinan tidak akan terwujud dengan sekadar wacana publik, tetapi harus diwujudkan melalui agenda aksi nyata. Dapat kita lihat disekeliling kita tentu masih ada rasa humanisme masyarakat yang mau turun langsung mengorbankan seluruh waktu, tenaga, materi, dan pikirannya untuk mengentaskan kemiskinan. Sekecil apapun usaha yang telah mereka lakukan, hal tersebut sangat berarti untuk kemajuan bangsa ini kelak. Dan apa yang akan kita lakukan? Apakah kita hanya  berdiam diri dan mengikuti arus parade kemiskinan dinegara ini ?

[1]  Teungku Hasby Ash-Shiddieqie, Pedoman Zakat, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2006, hlm. 166.
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Semarang, CV. Toha Putra, 1995, hlm. 288.
[3]  Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf, hlm. 295.
[4]  Wikipedia, “Zalim”, diakses dari id.m.wikipedia.org/wiki/Zalim, pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00
[5] Islam is Logic, “40 Hadits tentang Pemimpin dan Penjelasannya”, diakses dari http://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/.html,  pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.34
[6] Alif Lukmanul Haki, “Berharap pada Darah Pemuda”, diakses dari m.kompasiana.com/post/read/561326/2/berharap-pada-darah-pemuda.html, pada tanggal 2 November 2014 pukul 11.35