Jumat, 05 Desember 2014

Parade Kemiskinan di Sebuah Negara Kaya



            Apa yang anda pikirkan ketika mendengar nama Indonesia? Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang mempunyai beribu-ribu suku bangsa, adat istiadat, dan sumber daya alam yang melimpah yang menjadi penyuplai oksigen terbesar kedua didunia?. Indonesia juga merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 didunia, dimana mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Ataukah sempat terlintas dalam pikiran Anda bahwa Indonesia adalah negara yang banyak menyumbang polusi udara (kabut asap) didunia, negara terkorup, dan negara miskin ?
            Dalam pikiran saya, Indonesia adalah negara kaya dengan kelimpahan sumber daya manusia dan alamnya namun penduduknya masih banyak berada di garis kemiskinan. Sebenarnya apa yang salah dengan Indonesia ini ? Apakah pemanfaatan sumber daya alamnya yang kurang ataukah justru sumber daya manusia kita yang tidak produktif ? Kita semua mengetahui bahwa kualitas SDM Indonesia masih tidak sepenuhnya produktif, kekayaan SDA kita kebanyakan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, dan ironisnya masyarakat Indonesia hanya dijadikan sebagai buruh di tempat itu. Menyedihkan, sungguh sangat menyedihkan... Masyarakat Indonesia menjadi masyarakat miskin di negaranya yang kaya raya.
            Lalu, pernahkah Anda mendengar sebuah berita, seorang ibu muda melakukan bunuh diri bersama dua anaknya dengan cara minum racun. Akibat beban hidup yang begitu berat. Pertanyaannya adalah mengapa ada orang yang mau bunuh diri dengan meracuni diri sendiri? Tapi setelah diselidiki lebih lanjut, dalam surat wasiatnya sang ibu menyatakan kasihan kalau anak-anaknya hidup dalam kemiskinan. Jadi lebih baik dimatikan saja, agar semua penderitaan berakhir. Ironis sekali bukan pemikiran salah satu SDM kita ini ? Kemana nilai-nilai agama dalam dirinya ? Bukankah masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama ? Apakah nilai-nilai agamanya telah tergerus oleh jahatnya kemiskinan di bumi pertiwi ? Inilah parade kemiskinan di sebuah negara kaya.
            Oleh karena itu, dalam artikel ini saya akan membahas mengenai apa itu kemiskinan ? Apakah kemiskinan itu akan mendekatkan kita pada kezaliman ? Apakah mimpi-mimpi besar Indonesia hanya sebatas mimpi ? Serta bagaimana cara-cara untuk mengatasi kemiskinan ?
Menyinggung masalah kemiskinan, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa arti kemiskinan. Berdasarkan Kamus  Besar  Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan(berpenghasilan rendah). Dari bahasa aslinya(Arab) kata  miskin  diambil  dari  kata sakana  yang  artinya diam atau tenang sedangkan kata masakin ialah bentuk jama’ dari miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana yang artinya menjadi diam atau tidak bergerak.
Menurut al-Fairuz Abadi dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa atau orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.[1]
Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah ayat 60:


Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada bantuan. [3]

Kemiskinan mendekatkan pada kezaliman
            Kata zalim berasal dari bahasa Arab, yang artinya gelap. Secara istilah zalim mengandung pengertian berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat agama Islam.[4]
            Dalam hal ini kemiskinan dapat dipandang dalam dua hal, yaitu sebagai sebab permasalahan dan akibat permasalahan. Sebagai sebab permasalahn, seperti yang telah saya singgung tadi, kemiskinan adalah akar dari sebagian besar tindak kezaliman. Pencurian, korupsi, bunuh diri, perdagangan anak-anak/perempuan dan pelacuran, kriminalitas, kebodohan, dan kelaparan, semua itu adalah buah dari kemiskinan. Ketika kita lihat dari sisi permasalahan pencurian, pelacuran, bunuh diri, dan kriminalitas, kebanyakan motif dari keempat kasus tersebut adalah karena terlalu berat beban ekonomi yang ada dipundak mereka, belum lagi jika mereka harus menghidupi anak-anak dan keluarga mereka yang begitu banyak. Kemudian ketika dilihat dari sisi kebodohan dan kelaparan, lagi-lagi karena terjepit dalam ruang kemiskinan seorang anak memutuskan untuk berhenti sekolah. Suatu desa miskin menjadi desa tertinggal karena minimnya sarana dan prasarana desa tersebut, belum lagi ditambah dengan keadaan anak-anak di desa yang mengalami permasalahan gizi buruk, keterbelakangan mental, dan berbagai permasalahan kesehatan lainnya. Dari sisi inilah  dapat terlihat bahwa kemiskinan sangat kejam dan merupakan permasalahan pelik bagi bangsa Indonesia.
            Sedangkan dalam pandangan sebagai akibat permasalahan, kemiskinan merupakan suatu hasil dari ketidakadilan. Baik itu ketidakadilan pemimpin bangsa, hukum yang berlaku, sistem, maupun gabungan dari ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan menempatkan kepentingan masyarakat miskin sebagai kepentingan terendah, bahkan hal tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting untuk dipikirkan. Tipe pemimpin seperti ini lebih suka mementingkan kepentingan pribadi dan orang kaya yang dengan mudah untuk  memberikan “bonus”, bahkan tidak peduli dengan rintihan jutaan rakyat yang terjebak dalam kemiskinan. Ketidakadilan hukum akan menempatkan orang miskin dalam posisi masyarakat terlemah. Apalagi ketika terjadi praktek jual beli jasa hukum, dimana salah satu contohnya pejabat yang korupsi dipenjara selama 1 bulan, sedangkan maling ayam di penjara selama 3 bulan. Kemudian ketidakadilan sistem akan membuka peluang terjadinya hukum rimba yang berimbas pada tidak didengarkannya suara-suara rakyat miskin.
Rasulullah saw. Pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Turmudzi :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya manusia yang paling dicintai allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci allah dan sangat jauh dari allah adalah seorang pemimpin yang zalim. (HR. Turmudzi)[5]
Hadis ini menekankan bahwa kriteria adil sangat penting bagi seorang pemimpin. Tanpa nilai-nilai keadilan yang dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin, maka sebuah kepemimpinan tidak akan berhasil mengangkat kesejahteraan umatnya. Karena itu, bisa kita pahami mengapa Rasul berkali-kali menekankan akan pentingnya seorang pemimpin yang adil.



Mimpi-mimpi bangsa Indonesia, apakah hanya sebatas mimpi ?
            Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita yang sederhana, yaitu mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Selain mempunyai cita-cita, bangsa Indonesia juga mempunyai tujuan nasional yang sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya menginginkan adanya pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.[5]
            Tetapi sangat disayangkan, diusia bangsa Indonesia yang sudah menginjak 69 tahun kemerdekaannya, kini bangsa Indonesia malah memasuki fase penjajahan kembali, yang menempatkan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa kuli. Bukankah kita telah diingatkan oleh Bung Karno : “Wahai pemuda ! Indonesia akan kembali menjadi bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina dirumah sendiri. Dan sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan Benua Australia, diantara lautan Teduh dan lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula mencoba untuk hidup kembali menjadi sebuah bangsa, akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali menjadi een natie van koelis, en een koelie onder de naties” – Soekarno.[6]
            Ada sebuah pertanyaan kecil, bagaimana membangun sebuah bangsa dan menghapuskan segala masalah yang menghambat pertumbuhan bangsa ini jika masyarakatnya saja tidak mempunyai jiwa dan karakter ? Hanya ada satu jawaban pasti, sumber kekuatan kita yang paling utama adalah semangat dan jiwa bangsa kita sendiri.



Jangan berdiam diri
            Mimpi-mimpi besar bangsa Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Mimpi-mimpi besar tersebut akan terwujud dengan adanya komitmen masyarakatnya untuk berbenah diri namun hal itu juga tidak akan tercapai jika persoalan kemiskinan masih menjadi masalah terbesar di sekitar kita.
Islam adalah sistem hidup yang sahih. Islam memiliki cara yang khas dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat Islam memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan masalah kemiskinan; baik kemiskinan alamiah, kultural, maupun struktural. Namun, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki hubungan sinergis dengan hukum-hukum lainnya. Jadi, dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk kemiskinan, Islam menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam mengatasi kemiskinan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.     Bekerja
Bekerja adalah cara utama untuk mengatasi kemiskinan. Ia adalah faktor dominan dalam hal kemakmuran dunia. Didalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk bekerja atau mencari nafkah. Hal tersebut sesuai dalam firman Allah Azza wa Jalla :
”Dia-lah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [al-Mulk/67:15]
Selain itu, cara mengatasi kemiskinan adalah dengan membuka lapangan pekerjaan baru disemua bidang, serta diadakan pelatihan agar calon-calon pekerja tersebut memiliki keahlian dalam bidangnya. Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban negara. Hal ini menyandar pada keumuman hadis Rasululah saw.:
“Seorang iman (pemimpin) adalah bagaikan penggembala, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya)” (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah, ketika syariat Islam mewajibkan seseorang untuk mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maka syariat Islam pun mewajibkan negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan cara ini, setiap orang akan produktif sehingga kemiskinan dapat teratasi.

     1. Zakat
Islam tidak akan acuh terhadap kemiskinan yang terjadi. Salah satu cara mengatasi kemiskinan menurut Islam adalah dengan mengeluarkan zakat, seperti yang difirmankan Allah pada surah At-Taubah ayat 60 yang sudah saya sebutkan diatas. Karena didalam zakat, ada hak-hak orang lain yang membutuhkan dan fakir miskin sendiri adalah penerima zakat yang paling utama

    2. Kebijakan pemerintah yang pro rakyat
Tentu saja peran aktif dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh kekuatan dalam memerangi kemiskinan.Seorang pemimpin tidak bisa sekedar berpikir dan bergulat dengan wacana sembari memerintah bawahannya untuk mengerjakan perintahnya, melainkan pemimpin juga dituntut untuk bekerja keras untuk mengurus persoalan-persoalan rakyatnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian BLT, raskin, pinjaman sementara untuk modal usaha, maupun penyediaan layanan pendidikan secara cuma-cuma.
Dari keseluruhan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengentasan kemiskinan tidak akan terwujud dengan sekadar wacana publik, tetapi harus diwujudkan melalui agenda aksi nyata. Dapat kita lihat disekeliling kita tentu masih ada rasa humanisme masyarakat yang mau turun langsung mengorbankan seluruh waktu, tenaga, materi, dan pikirannya untuk mengentaskan kemiskinan. Sekecil apapun usaha yang telah mereka lakukan, hal tersebut sangat berarti untuk kemajuan bangsa ini kelak. Dan apa yang akan kita lakukan? Apakah kita hanya  berdiam diri dan mengikuti arus parade kemiskinan dinegara ini ?

[1]  Teungku Hasby Ash-Shiddieqie, Pedoman Zakat, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2006, hlm. 166.
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Semarang, CV. Toha Putra, 1995, hlm. 288.
[3]  Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf, hlm. 295.
[4]  Wikipedia, “Zalim”, diakses dari id.m.wikipedia.org/wiki/Zalim, pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00
[5] Islam is Logic, “40 Hadits tentang Pemimpin dan Penjelasannya”, diakses dari http://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/.html,  pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.34
[6] Alif Lukmanul Haki, “Berharap pada Darah Pemuda”, diakses dari m.kompasiana.com/post/read/561326/2/berharap-pada-darah-pemuda.html, pada tanggal 2 November 2014 pukul 11.35

Senin, 03 November 2014

Just for tonight



Maafkan jika suatu hari kalian menemukan tulisan ini ku publish di blog.
Maafkan jika suatu hari nanti kalian menemukan sebuah catatan kecil tentang hati ini.
Aku yakin, kalian baru akan menemukan tulisan ini berbulan-bulan kemudian atau bertahun-tahun kemudian.
Aku tahu, kalian tidak doyan menulis disini.
Karena itu, aku menulisnya disini, aku mempublikasikannya disini. Bukan di Fb yang hampir setiap hari kalian buka.
 
Entah harus dimulai dari mana tulisan ini.
Terlalu banyak sedih dan kecewa yang selama 2 bulan ini kuterima.
Terlalu banyak kesal dan luka yang telah menggores-gores hati ini.
Bukan terlalu cuek.
Bukan pula terlalu kasar.
Bukan pula tak bisa menghargai kalian.
Malam ini sudah kesekian kalinya hati ini tergores luka.
Meski hanya goresan-goresan kecil,
Apakah kalian pernah berfikir goresan-goresan kecil yang setiap hari kalian torehkan selama 2 bulan ini akan sembuh begitu saja ?
Tidak,
Apalagi ketika hal yang sama terus saja diulang.
Bukan terlalu mengambil hati.
Hanya saja hati ini telah lelah untuk menerima kelakuan kalian.

“Pernahkah kau bicara ?
Tapi tak didengar, tak dianggap sama sekali”
Mungkin bait dari lagu Agnesmo itu cocok untuk menggambarkan salah satu dari kekesalan hati ini. Ya, ketika ngumpul bersama, pernahkah ucapanku kalian dengar ? iya pernah, hanya sesekali. Pernahkah kalian menyebut namaku saat kalian bercerita ? saat kita ngumpul ? seingatku hanya sekali. Seakan-akan kehadiranku diantara kalian tidak pernah dianggap.
Pernahkah kalian mencari diriku saat kalian pulang ? pernahkah ? seingatku hanya sekali dua kali. Sedangkan aku ? selalu mencari kalian ketika pulang. Tidak adakah rasa khawatir padaku ?
Kita anak baru disini, tapi sepertinya akulah anak baru diantara kalian. Atau mungkin, aku yang terlalu menutup diri dari kalian ?
“kita secucuk berdua yok, biar tambah akrab”
Tak sadarkah kalian berucap seperti itu didepanku ? ketika sedang makan sate bersama. Tak pernah terfikirkankah sedikitpun bagaimana perasaanku ketika melihatnya ? what the fuck !!! I don’t care kalian mau bilang seperti apa, tapi tolong, jangan dihadapanku.
Pernahkah kalian diPHPin oleh teman sendiri ? ketika kalian telah lelah menunggu selama setengah hari untuk pergi tapi ternyata dia mengatakan “aku tidak jadi pergi”. Dan kalian kemalaman dijalan karena hal tersebut.
‘’Teman sejati itu teman yang selalu ada ketika seseorang senang maupun susah, bukan yang selalu mencari ketika dirinya kesusahan, bukan pula teman yang hanya ada saat anda senang.’’

Entah sampai berapa lama aku harus bertahan dalam diam. Entah sampai berapa lama aku harus tersenyum ketika bertemu kalian. Saya lelah kawan, saya lelah.


Teruntuk kedua temanku,

Maaf ... 

Senin, 26 Mei 2014

Sepucuk Surat dari Tahun Terakhir di Masa Putih Abu-abu


Selamat datang di tahun terakhir perjalanan masa putih abu-abu. Telah 12 tahun kita habiskan untuk meniti jalan menuju masa depan. Terlalu banyak kenangan yang telah dilalui, mulai dari putih merah, berlanjut ke putih biru, hingga sekarang kan melepas putih abu-abu.
            Surat ini ditulis bersamaan dengan turunnya butiran-butiran air dari langit yang menemani gelapnya malam. Bertepatan dengan hari ketiga sebelum perpisahan.
            Malam ini kubuka kembali slide-slide di tugas akhir pelajaran TIK kemarin. Malam ini juga aku bernostalgia dengan moment-moment yang terabadikan dalam ribuan foto masa lalu. Malam ini juga kusadari, waktu kita bersama sudah tak lama lagi.
            Malam ini aku teringat pada dua kata sederhana yang terangkai dalam bentuk kalimat yang sering diucapkan oleh setiap orang yang pernah mengalaminya, yakni “Putih Abu-abu”. Sesekali kutersenyum mengingat itu semua, seakan tak ada kata yang membuatku percaya bahwa aku telah menjalaninya selama tiga tahun. Melanglang di kabut putih demi menjadikan diriku mengetahui banyak hal, mengetahui jati diriku, mengetahui hidupku, mengetahui langkahku, mengetahui perjalananku, mengetahui dirimu, dirinya, dan tentunya mengetahui tentang kita semua.
            Kisah ini seperti kisah  merpati-merpati liar. Ketika merpati-merpati itu berada dalam sangkar, ia akan selalu menurut pada majikannya. Ketika ia lepas dari sangkar, ia akan terbang tinggi sesuka hatinya. Seperti itulah kita dimasa putih abu-abu. Ketika di dalam kelas bersama guru, kita duduk tenang menyimak pelajaran, walaupun sesekali kita malah asyik berceloteh dengan teman sebangku. Tetapi, layaknya merpati yang lepas dari sangkar, saat pelajaran berakhir kita berkeliaran sesuka hati.
            Kisah ini berawal dari tahun ketiga masa putih abu-abu. Ditahun ketiga ini, tak ada lagi pembagiaan kelas secara acak. Ditahun ketiga ini, kita merasakan indahnya pertemanan bersama kurang lebih 30 teman sekelas selama 2 tahun. Ditahun ketiga masa putih abu-abu, kita disuguhkan pada materi yang lebih tinggi lagi, kita disuguhkan pada persiapan untuk menghadapi berbagai macam peperangan, dan juga disuguhkan pada pembekalan bagi diri kita seusai melepas baju kehormatan kita. Seragam putih abu-abu.
            Pembekalan diri ditahun terakhir masa putih abu-abu ini seperti biasa, diawali dengan pengajian setiap hari Selasa-Sabtu. Diselingi pembacaan burdah atau kitab kifayatul mubtadiin pada hari Jum’at. Tak lupa berbagai macam nasihat diberikan oleh pencipta insan-insan cendikia itu setiap hari kepada kita. Nasihat-nasihat itu datang tak kenal waktu, baik pagi, saat dikantin, saat diruang guru, saat dikelas, bahkan saat terik matahari menemani hari-hari kita disekolah. Pembekalan waktu itu juga berupa teriakan-teriakan melalui microphone untuk menyuruh kita shalat dzuhur berjamaah, baik dimushalla sekolah, aula sekolah, ataupun masjid agung didekat sekolah kita. Pembekalan itu juga berupa latihan praktek mengafani jenazah yang dilakukan pada semester pertama di tahun ketiga masa putih abu-abu. Dengan semua pembekalan ini, mereka, para pencipta insan cendikia itu sangat mengharapkan kita menjadi orang yang berguna di masyarakat.
 Tingkat kesulitan pada materi pelajaran diawal tahun ketiga masa ini lebih rumit. Berbagai macam pr telah diberikan, tugas kelompok, ulangan harian, diskusi, presentasi, dan berujung pada ulangan semester I . Setelah semester 5 berakhir, kita dihadapkan lagi pada persiapan menuju peperangan terakhir. Dimulai pada awal Februari, kita bersama-sama menegakkan semangat yang mulai runtuh, meneguhkan hati sekuat ribuan baja, mengasah otak yang lebih dari biasanya, serta berdoa lebih banyak daripada biasanya. Selama hampir 3 bulan kita seperti itu, mempersiapkan berbagai daya upaya untuk maju di medan perang. Berperang melawan setumpuk tulisan diatas lembaran-lembaran kertas putih penentu kelulusan.
Dimulai dari mengikuti pelajaran tambahan seusai pulang sekolah, ditambah setumpuk pr dan hafalan-hafalan surah serta hadits. Dibarengi dengan usaha spiritual melalui jalan shalat hajat bersama setiap hari Kamis, serta dibarengi dengan doa yang senantiasa dipanjatkan setiap saat oleh aku, kamu, kita, orang tua kita, keluarga kita, dan juga mereka, para pencipta insan cendikia yang setiap hari tanpa kenal lelah membimbing kita mengajarkan setiap hal baru untuk kita ketahui.  
Peperangan itu dimulai pada akhir bulan Februari, saat kita melaksanakan Ujian Praktek. Mulai dari ujian praktek fisika, kimia, biologi, penelitian sosial, tik, penjaskes ,bahasa indonesia dan lain-lainnya.  Kemudian, hanya berselang sekitar seminggu, tepatnya tanggal 10-12 Maret 2014, kita dihadapkan pada UAMBN, ya, Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional. Salah satu penentu kelulusan bagi anak-anak sekolah agama. Bagi anak-anak IPA dan IPS, UAMBN dimulai dari Al-qur’an Hadits dan Akidah Akhlak pada hari pertama, disusul Fikih dan SKI pada hari kedua, dan diakhiri dengan bahasa wajib sekolah madrasah. Ya, dia adalah Bahasa Arab. Sedangkan bagi anak-anak PAI, UAMBN dimulai dengan Ilmu Kalam dan Akhlak pada hari pertama, disusul dengan SKI pada hari kedua, dan diakhiri dengan Bahasa Arab. Dan lagi, hanya berselang beberapa hari, kita kembali dihadapkan pada UAS.
UAS telah selesai, tapi rupanya satu peperangan lagi masih menunggu dibulan selanjutnya. Ya, Ujian Nasional tinggal menghitung hari. Sebuah agenda tahunan Kemendikbud untuk mengukur tingkat pendidikan di Indonesia. Selama sebulan waktu yang tersisa ini kita melakukan segala upaya, mulai dari pendalaman materi, lebih banyak belajar ketika waktu luang, sampai memanjatkan doa yang lebih banyak dari sebelumnya. Aku ingat suasana kelas yang dilihat dari luar sangat sepi karena masyarakat kelasnya sibuk bertapa di dalam kelas. Mulai dari membaca buku, mengerjakan soal-soal, berdiskusi dengan teman, sampai berceloteh ria untuk menghilangkan stress.
Sebulan kemudian, kita benar-benar telah melewati semua peperangan itu. Bahkan kita benar-benar telah melewati soal-soal Ujian Nasional itu, soal-soal yang menggunakan metode TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study) dan PISA (Programme for International Student Assesment). Semua mengalir ringan begitu saja. Menuruni tebing tinggi dan sampai di sisi yang berlainan. Sekarang semua telah berbeda. Kita tak lagi masuk sekolah rutin setiap hari. Kita tak lagi saling bertemu setiap hari. Kini kita mulai membuat pilihan untuk melanjutkan perjalanan ini.
Aku dan kamu, kita adalah bagian dari sebuah cerita indah di masa putih abu-abu. Kita telah lalui 1008 hari yang terangkum dalam 144 minggu, yang kemudian terangkum lagi dalam 36 bulan, dan dikumpulkan dalam waktu 3 tahun. Bersama-sama kita melukis pelangi dalam sebuah kertas putih bersih. Perbedaan yang melebur dalam kebersamaan itu mewarnai masa putih abu-abu ini. Diiringi dengan tangis, tawa, suka, dan duka sebagai musik latar.
Putih abu-abu punya cerita tentang cinta, tawa, & segalanya. Putih abu-abu bukan judul lagu, tapi saksi bisu anak remaja yang baru kenal dunia. Putih abu-abu adalah lambang segala rasa bersama, selama 3 tahun yang berkesan.
Putih Abu-abu... Masuk serempak, keluar serentak. Hanya tangis bahagia yang ingin aku liat dari sepasang indera penglihatan mu kawan. Menyadari betapa besar perjuangan kita, betapa besar harapan yang kita cita-citakan, betapa tulus pertemanan kita, betapa indah hari-hari yang telah kita lalui, serta betapa hangatnya sebuah persahabatan. Kita akan mempunyai jalan masing-masing, menggapai angan, meraih asa, mewujudkan segala mimpi,dan mencetak sukses. Entah kapan disuatu hari nanti kita akan kembali memflasback sejuata awkward moment di sekolah. Masa ini tak akan terulang lagi, jadi ingatlah sebagai kenangan. Beri tanda ceklist biru untuk masa ini. Masa dimana kita belajar, berkarya dan bermain bersama sahabat, semuanya terasa indah dan layak dijadikan cerita yang tiada tara maknanya.
Masa-masa terakhir di putih abu-abu, kita semua seperti menyibak awan putih, kita berusaha mewujudkan lukisan impian yang telah dilukiskan dalam sebuah kanvas raksasa di angkasa. Seraya mengukir sebuah tekad yang kuat dalam jiwa kita. Sambil mengikrarkan “Suatu hari nanti, lihatlah aku dengan segala kesuksesanku”.
Kini merpati-merpati liar itu akan dilepaskan lagi dari sangkarnya. Dilepaskan untuk mengarungi samudra angkasa yang luas. Ada sesuatu yang harus ia lakukan diantara kebebasan yang telah ada dalam genggamannya. Ya, mengunjungi dunia luar dengan medan yang lebih sulit. Merpati-merpati itu nantinya ada yang lebih memilih mendarat ditanah dan diam menatap langit atau bahkan terbang tinggi, dan semakin jauh melanglang buana. Ada banyak pilihan, merpati mana yang akan kami ikuti ? Apakah kami akan terbang jauh, terbang tinggi, berdiri pada ranting, menari-nari diudara atau hanya diam menatap langit ? Sebuah dunia berbeda akan kami kunjungi. Semua hanya menunggu waktu.
Tak dapat terhitung lagi berapa banyak jam yg kita habiskan disekolah. Sepertiga hari kita dihabiskan disekolah tentunya. Itu melatarbelakangi bahwa sekolah dapat ambil bagian membentuk pribadi seseorang. Disaat kamu menjadì lebih baik hingga semakin baik walau melalui proses. Maka, berterimakasihlah pada semua penghuni sekolah. Terutama mereka, para pencipta insan cendikia dan sahabat karib kita.
Mereka, guru-guru kita adalah sang pencipta insan cendikia. Ayunan langkah mereka hentakan tiap hari. Keringat dingin tercucur deras di atas letih tubuhnya. Namun mereka tidak pernah lelah dengan semua itu. Mereka ingin kita sukses di masa depan nanti. Dengan ilmunya kita akan hidup lebih baik di masa depan. Tiada mereka bedakan siapa diri kita ini, apakah orang lemah, kuat, miskin atau kaya. Mereka kerahkan seluruh tenaga dan pikirannya demi kebaikan kita. Demi masa depan kita, agar kita benar-benar menjadi orang yang berguna, bagi umat manusia, bangsa, dan negara.
Seuntai kata aku ucapkan sebagai perwakilan teman-teman yang lain teruntuk engkau pahlawan umat, pembimbing tiap manusia dan penerang kehidupan. Terima kasih atas ilmu yang sudah engkau berikan wahai guruku. Meski nanti jarak memisahkan kita, dan aku mungkin saja melupakan pelajaran-pelajaran yang pernah kau ajarkan. Tapi aku tak akan pernah lupa dengan semua jasa yang pernah kau berikan. Sekali lagi, terima kasih guruku.
Mereka, sahabat karib dan teman-teman kita, mereka adalah orang-orang yang akan selalu terkenang. Yang akan selalu terbayang dalam setiap langkah baru yang akan kita lakukan diluar sana. Mereka telah menorehkan ribuan warna-warni dalam perjalanan masa putih abu-abu ini. Kepada sahabat yang telah menemani dengan setia dalam lika liku perjalanan masa putih abu-abu ini, mari kita sama-sama mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Putih Abu-abu punya banyak cerita. Putih abu-abu adalah sebuah kisah indah yang berakhir dalam perpisahan. Hari ini, waktunya kita menutup lembaran kisah klasik masa ini. Sedih memang, saat semua ini harus menjadi sebuah kenangan. Kelak, kita akan merindukan masa-masa ini. Biarkan mereka, meja, kursi, gedung sekolah, kantin sekolah, serta setiap sudut dari bangunan sekolah ini menjadi saksi bisu perjalanan masa putih abu-abu kita.

Kuala Kapuas, 14 Mei 2014, 11.50 P.M
Salam hangat,

Dari Generasi ke-19, angkatan tahun 2011/2012