Kamis, 28 Mei 2015



Untukmu yang saat ini menjadi milikku, biarkan jemari ini menuliskan rentetan cerita kita di sini. Setidaknya nantinya ini bisa menjadi pengingatku pada cerita kita. Kau tahu sendiri kan ? Diriku ini sangat susah mengingat banyak hal :-)
...

Aku, kamu, sudah pernah menjalinkan tangan dan bergantian menyerukan nama, berkenalan. Jangan tanya aku, kapan pertama kalinya kita berjumpa, karena sejujurnya akupun sudah lupa. Tak ada yang istimewa di hari kita saling mengenal dan menyebut nama. Keistimewaan baru hadir setelah aku dan kamu menjalani sejumlah hari sebagai seorang kawan.
Sesungguhnya juga hari-hari yang kita lakoni tak ubahnya cerita perkawanan biasa. Bahkan mungkin terlalu dibawah batas “biasa”. Bertemu dikelas dan berpapasan, tanpa adanya sebuah kata yang terucap. Saling acuh, mungkin seperti itu. Namun, lama kelamaan ada yang mulai tak sama, setidaknya itu yang kurasa. Saat sehari tak bertemu denganmu rasanya seperti ada yang berbeda, hambar rasanya.
Coba kuingat lagi, sepertinya bukan hanya itu saja. Ah, iya, saat ada seorang kawan yang tengah menyebutkan namamu, telingaku pun mendadak siaga, bersiap mendengarkan dengan waspada. Rasa waspada yang memabukkan sepertinya. Karena kemudian disusul dengan ketak-ketuk jantungku dengan irama yang kian tangkas, yang sebisa mungkin kuredam agar aku masih tetap terlihat acuh seperti biasanya.
Jemarimu yang piawai memainkan senar gitar itu menjadi daya tarik pertamamu padaku. Bukan hanya itu saja, garis lengkungmu yang sering kau berikan pada kawan terdekatmu juga menambah daya tarikmu. Ah, iya, seketika aku ingat saat dirimu menyanyikan lagu Clarity dihadapanku. Bukan dihadapan, hanya saja saat itu posisimu bersebrangan denganku. Kau tahu, itu the best moment bagiku yang saat itu hanya bisa berdiam diri diseberang sembari melempar senyum kaku. Tapi tahukah kamu, kekagumanku pada jemarimu masih tak mampu menjelaskan mengapa ada sesuatu yang berbeda dalam hati ini.
Begitu pula saat kamu dan aku ada ditempat yang sama, sesekali kutemukan tatapan itu ditujukan padaku. Tapi, ah aku tak tahu, mungkin saat itu hanya aku yang berbesar rasa. Yang jelas itu mampu membuat hati ini meremang karena kegirangan. Di titik inilah aku pun menyadari, diam-diam cinta sudah menyelinap masuk sebelum sempat kucegah. Cinta juga memberitahuku bahwa dia telah lebih dulu berkunjung ke tempatmu.

...