Senin, 24 Agustus 2015

10.52 PM



10.52 PM
*klik*
Telfon ditutup dan aku hanya bisa tersenyum kecil.
Moodku hancur maksimal. Iya, moodku juga ko. Hilang, pergi jauh.
Mood itu, datangnya bentar terus ngilang lagi. Mungkin moodnya lagi suka jalan-jalan atau lagi pergi ngikutin kawan-kawan yang lagi ngetrip.
Dan gak lama kemudian *desssssssssss* ada yang jatuh, lagi turun hujan rupanya. Nggak sederas biasanya, tapi cukup lah buat bikin basah disekitarnya. Wajar aja sih, dari tadi pagi kan udah mendung. Tapi syukurlah hujan itu sebenarnya pertanda baik, jadi nda usah khawatir.
Senang sih, yang sekarang punya teman curhat baru, yang punya kawan baru, kesibukan baru, ikut senang aku.
*tik* ada tetesan yang jatuh lagi.
Ketik-hapus-ketik-hapus. Gitu aja terus sampe ntar subuh. Gak kelar-kelar tulisanmu entar. Eh, tulisan? Yang benar aja, lagi nulis atau lagi ngubek-ngubek air, berantakan banget.
Bodo dah -.-
Mungkin aku yang terlalu kekanak-kanakan
Mungkin juga masih terlalu egois
Tapi sadar gak ?
Ada cembungan yang tercipta seiring garis lengkung yang kusematkan
Namun cembungan yang hanya dapat dilihat dan dinikmati oleh diriku sendiri.

Senin, 20 Juli 2015

Kita, berjauhan, berlawanan, jalannya pun kini berlainan. Tapi aku masih percaya kita akan bermuara ke tempat yang sama untuk pulang. Lagi pula, bukankah ini kehendak awal kita sebelum kita bersama ? Dan ketika Tuhan mengabulkan doamu sekarang, diwaktu yang kita rasa tidak tepat, aku rasa itu yang terbaik untukmu. Meski dirasa semuanya akan berjalan dengan berat, meski berkali-kalipun menyalahkan diri sendiri dan keadaan. Bukankah apa yang terbaik di hadapan kita belum tentu yang terbaik dihadapan-Nya ?
Lagipula, bukankah seharusnya yang berbeda itu saling menyatukan ?

Jika kita tak percaya takdir maka biarlah perjalanan ini menjadi bukti. Entah bukti kuat atau rapuhnya perasaan yang ada. Jika kita tak bisa menahan lagi nyanyian-nyanyian sumbang diluar sana biarlah kepercayaan ini menjadi penawarnya. Entah apa yang akan terjadi satu minggu, dua minggu, satu bulan, bahkan dua bulan mendatang. Jalani saja, sekuat hati ini bertahan. Entah bagaimana nanti tersiksanya hati dengan rindu yang tak bisa lagi terobati dalam waktu yang singkat. Ataupun bagaimana susahnya menyatukan jadwal kita yang mulai berbeda hanya untuk sekedar bertatap muka.
Apapun itu, bisakah kamu sebutkan namaku dalam tiap-tiap rapalan do’amu ? Setidaknya aku yakin dengan ini akan meringankan semuanya. Karena aku juga tak pernah lelah merapal namamu pada-Nya. Entah itu rapalan do’a yang bahkan sebenarnya tak ingin kuucapkan kemarin. Bisakah kita jadi dua insan yang saling mendekap dalam peluk-Nya, dengan do’a ?
Meski jauh, tak tersentuh ...



Kamis, 28 Mei 2015



Untukmu yang saat ini menjadi milikku, biarkan jemari ini menuliskan rentetan cerita kita di sini. Setidaknya nantinya ini bisa menjadi pengingatku pada cerita kita. Kau tahu sendiri kan ? Diriku ini sangat susah mengingat banyak hal :-)
...

Aku, kamu, sudah pernah menjalinkan tangan dan bergantian menyerukan nama, berkenalan. Jangan tanya aku, kapan pertama kalinya kita berjumpa, karena sejujurnya akupun sudah lupa. Tak ada yang istimewa di hari kita saling mengenal dan menyebut nama. Keistimewaan baru hadir setelah aku dan kamu menjalani sejumlah hari sebagai seorang kawan.
Sesungguhnya juga hari-hari yang kita lakoni tak ubahnya cerita perkawanan biasa. Bahkan mungkin terlalu dibawah batas “biasa”. Bertemu dikelas dan berpapasan, tanpa adanya sebuah kata yang terucap. Saling acuh, mungkin seperti itu. Namun, lama kelamaan ada yang mulai tak sama, setidaknya itu yang kurasa. Saat sehari tak bertemu denganmu rasanya seperti ada yang berbeda, hambar rasanya.
Coba kuingat lagi, sepertinya bukan hanya itu saja. Ah, iya, saat ada seorang kawan yang tengah menyebutkan namamu, telingaku pun mendadak siaga, bersiap mendengarkan dengan waspada. Rasa waspada yang memabukkan sepertinya. Karena kemudian disusul dengan ketak-ketuk jantungku dengan irama yang kian tangkas, yang sebisa mungkin kuredam agar aku masih tetap terlihat acuh seperti biasanya.
Jemarimu yang piawai memainkan senar gitar itu menjadi daya tarik pertamamu padaku. Bukan hanya itu saja, garis lengkungmu yang sering kau berikan pada kawan terdekatmu juga menambah daya tarikmu. Ah, iya, seketika aku ingat saat dirimu menyanyikan lagu Clarity dihadapanku. Bukan dihadapan, hanya saja saat itu posisimu bersebrangan denganku. Kau tahu, itu the best moment bagiku yang saat itu hanya bisa berdiam diri diseberang sembari melempar senyum kaku. Tapi tahukah kamu, kekagumanku pada jemarimu masih tak mampu menjelaskan mengapa ada sesuatu yang berbeda dalam hati ini.
Begitu pula saat kamu dan aku ada ditempat yang sama, sesekali kutemukan tatapan itu ditujukan padaku. Tapi, ah aku tak tahu, mungkin saat itu hanya aku yang berbesar rasa. Yang jelas itu mampu membuat hati ini meremang karena kegirangan. Di titik inilah aku pun menyadari, diam-diam cinta sudah menyelinap masuk sebelum sempat kucegah. Cinta juga memberitahuku bahwa dia telah lebih dulu berkunjung ke tempatmu.

...

Jumat, 02 Januari 2015

Terima Kasih Kawan !!



“Ketika kita memiliki teman, maka bukan berarti kita pasti akan selalu bersamanya. Ada masa-masa kita harus pindah, mengambil kesempatan, melanjutkan sekolah, pekerjaan. Tetapi juga bukan berarti kalau sudah berpisah, maka selesai begitu saja.
Itulah gunanya persahabatan yang sejati, teman lama selalu menjadi teman, atau malah lebih spesial saat bertemu kembali, menjalin kontak kembali. Hei, jika HP, laptop, komputer, mengasyikkan kalau punya yang baru, tapi teman, semakin lama, semakin mengasyikkan.
Selalu begitu.”

Mungkin itu quote yang tepat untuk mewakili apa yang terjadi malam ini. Ini kali ke-3 kita jalan berdua, makan diluar, menikmati udara bebas. Ini juga adalah kali ke-2 kita melakukannya di kota orang, diperantauan. Ini kali ke-2 aku menjadi pendengar semua cerita-cerita tentang tugas-tugasmu, deadline laporanmu, keluhan-keluhanmu, asistensimu, dan juga segelintir kalimatmu yang membanggakan kehidupan kuliahmu. Dan ini tentunya kali pertamamu mendengarkan aku berceloteh tentang kehidupan kuliahku yang, well tidak sesibuk dan seasyik dirimu.
Tidak ada kata yang mampu melukiskan apa yang terjadi malam ini. Yang jelas, malam ini aku kembali menemukan sosok diriku yang selama beberapa bulan ini hilang. Aku kembali menemukan senyum tawaku disetiap celotehan-celotehan yang keluar. Malam ini, aku menjadi diriku apa adanya, tanpa khawatir melakukan kesalahan, tanpa khawatir ucapan ini melukai orang lain, dan tanpa khawatir harus mendengar keluhan orang lain tentang diriku yang katanya sih cuek. -.-
            Hey, kapan perlu sering-seringlah seperti ini, tadi itu mungkin salah satu obat yang ampuh untuk menghilangkan badmoodku \^.^/ walaupun untuk seperti ini harus menyesuaikan dengan jadwal kuliahmu yang kelewat padat itu -.-‘’
Ini benar-benar saat yang menyenangkan selama 12 tahun kita saling mengenal. Ya, ternyata memang benar, teman itu semakin lama, semakin mengasyikkan.
                                   

*Terima kasih untuk quality time nya malam ini :-D