Sabtu, 26 Januari 2013

Putih Abu-Abu 6 (Maya yang Menanti Nyata).



Kita tak pernah bertemu. Kita hanya berada dalam imaginasi kita. Membayangkan wajahmu ketika nanti kita bertemu. Selalu begitu. Kita cuma bayangan maya. Tepatnya, kamu cuma cowok maya untukku saat ini.
Kita saling mengenal setahun yang lalu. Hanya lewat sebuah pesan singkat. Aku masih mengingatnya, aku meminta nomer hp mu dengan salah satu teman LCC 4 pilar dari sekolah SMA 1. Awalnya hanya untuk mencari banyak teman lewat tukaran nomer hp. Aku masih mengingatnya, pertama kali aku mengirim sms padamu. Dalam fikiranku hanya satu, kamu cowok yang cuek. Kamu tetap cuek hingga beberapa waktu kemudian kamu berubah.
Aku tak ingat kapan kamu mulai bersikap baik padaku. Itu salah satu kesalahan yang tak bisa aku lupakan. Lama kelamaan kita semakin akrab. Saling mengenal satu sama lain. Saling jujur dan terbuka. Saling membantu. Aku masih ingat, aku selalu meminta bantuanmu saat aku berada dikelas X untuk mengerjakan tugas kimia.
Awal tahun ajaran baru 2012/2013, aku kembali meminta bantuanmu untuk mengajariku tentang kimia. Kamu menjelaskan dengan sabar. Aku faham. Plus 1 untukmu.
Tak pernah ku temukan orang sesabar kamu. Bisa menghadapiku sejauh ini. Padahal aku tak pernah tahan smsan dengan orang sampai setahun seperti ini. Sikapmu yang sabar, membuatku kagum. Kamu selalu mengajariku tentang kesabaran, tentang pentingnya kejujuran. Plus 2 untuk kesabaranmu.
Aku tak pernah menyangka temanmu berkata padaku, bahwa kamu menyukaiku. Sikap pertamaku, cuek. Aku tak bergeming. Hanya menganggapnya sms iseng. Tapi dia terus mengirimnya berulang-ulang diwaktu yang berbeda. Aku mulai percaya. Sayangnya aku terus berkata ‘’tidak’’.
Semua sms itu berakhir ketika kamu mengatakannya langsung padaku. Awalnya aku tak percaya. Memang aku tak bisa menaruh kepercayaan kepada seseorang dengan mudah. Terlebih untuk hal ini. Aku sangat berhati-hati. Sangat.
Bunyi langkah lewati malam
Suara semakin sunyi jauh pergi
Malam yang semakin suram
Sisakan sepi di dalam hati

Kala sendiri ku selalu ingat dirimu
Termenung lamunan karena merindukanmu
Jauh disana kau dari pandanganku
Buatku tak bisa untuk menggapaimu

Rinduku seperti alunan lirih
Tanpa suaramu tidak ada arti
Terlalu lama aku bersedih
Mengisahkan kerinduan didalam hati

Entah apa yang kau rasakan disana
Apakah bisa menerima apa adanya diriku disini
Hanya mempu ku berdoa berharap untukmu saja
Semoga kau sadari akan diriku yang menantimu disini dengan ketulusan hati

Masih ingat puisi itu ? Itu kamu kirim untukku beberapa bulan yang lalu, ketika kamu tak mengetahui bagaimana perasaanku.
Aku tak mengerti virus apa yang sudah meracuni hatiku. Aku mulai menyukaimu. Seiring denganmu yang selalu mencoba masuk kedalam hatiku untuk menggantikan dia. Aku masih tak mengerti, bagaimana bisa kamu membuat celah didalamnya ? Bagaimana bisa ? Bukankah aku sudah menutupnya rapat-rapat ?
Kamu selalu mencoba membuatku menyukaimu. Tapi aku terus saja mengelak. Aku terus saja membalasnya dengan kata-kata yang terkesan cuek. Aku masih tak mau mengakuinya. Aku masih tak mau mengakui keberadaan virus itu dalam hati ini.
Hingga akhirnya suatu hari kamu bertanya ‘’Kamu ada rasa denganku gak ?’’. Aku ragu ingin menjawab ‘’iya’’. Tapi aku lelah terus menutupnya. Aku lelah terus mengelak. Aku akui kamu hebat. Bisa membuatku berpaling stelah selama setahun aku tak bisa melupakan mantanku. Plus 3 untukmu.
Kamu sudah mengetahuinya. Hingga pada tanggal 11 November 2012 (kalau tidak salah) kamu menembakku. Kamu meminta jawabannya pada tanggal 15 Novermber, tepat disaat kembaranmu aniv 1 tahun dengan pacarnya. Aku bingung, Sebentar lagi ulangan semester aku ingin fokus, tapi aku menyukaimu. Aku meminta saran dengan sahabatku. Kata mereka terima aja. Aku masih bimbang, aku masih tak mau merasakan kembali rasa sakit setahun yang lalu. Aku takut semua ini hanya dusta. Aku kembali meminta saran dengan wali kelasku, beliau berkata ‘’Fikirkan dampak positif dan negatifnya, jika banyak positifnya, lebih baik di terima’’. Aku kembali bingung, hingga akhirnya aku mengerti, cinta tak harus memiliki, tetapi harus saling menyayangi dan dijalani. Hingga akhirnya aku berkata ‘’tidak’’.
Ada perasaan menyesal sekaligus bangga. Menyesal karena aku melewatkan satu kesempatan untuk memilikimu. Bangga karena aku tahu keputusan ini memang berat, tetapi aku yakin keputusan ini pasti yang terbaik, aku harus siap menghadapi konsekuensinya nanti. Kamu akan pergi menjauhiku, mungkin. Mendekati cewek lain.
Ulangan Semester hampir tiba, aku menitipkan semua fbku kepadamu. Kamu terus berusaha memotivasiku. Aku terus bersemangat. Sayangnya kesalahanku, aku tak terlalu memberikan motivasi padamu. Aku sibuk dengan urusanku sendiri. Aku mengerti aku egois. Ini kelemahanku.
Ulangan selesai dan kita kembali smsn. Ada perasaan cemas menghantui fikiranku, akankah au berhasil ? Kamu terus mengatakan aku pasti berhasil. Tapi itu masih tak mampu mengusir rasa takut itu. Hingga aku tak percaya, semuanya, semua kerja kerasku berbuah manis. Semua dukunganmu berbuah manis. Aku bersyukur telah mengenal manusia sepertimu. Kamu membawa beberapa perubahan dalam hidupku. Plus 4 untukmu.
Aku kaget dengan sikapmu, kamu memang tak mendapatkan yang pertama. Kamu memang harus menempati posisi ketiga. Tapi seharusnya kamu mensyukurinya. Kamu tak boleh begitu. Aku tahu kamu kecewa. Salahmu, kamu terlalu berharap, jadi ketika harapanmu masih terlalu jauh untuk dicapai, kamu turun dan kesal. Selama setengah hari aku tak mengirim sms padamu. Aku ingin kamu tenang. Malamnya aku mengirim sms padamu, memberimu sedikit kata-kata. Tapi, kekesalanmu masih ada. Sekali lagi, kamu terlalu berharap tinggi. Untuk kemarahan pertamamu, minus 1.
Kita sekarang sibuk dengan urusan masing-masing. Kita mulai jarang smsn. Kita mulai menjauh. Hanya sms singkat yang kuterima dan kubalas. Sedetik kemudian, apakah rasa ini sudah pudar dari dirimu ? Aku tak tahu.
Aku tak mengerti tentang kisah ini. Selama hampis 1 tahun aku menjalaninya. Sekarang, aku mengetiknya huruf demi huruf malam ini. Malam ketika aku mulai menyadari inilah konsekuensi yang harus aku jalani. Tak mengapa jika kamu menyukai gadis lain, asal jangan melupakanku sebagai orang yang pernah dekat denganmu. Tak mengapa jika selama 1 tahun maya membatasi kita, tapi harapan agar menjadi kenyataan itu selalu ada. Aku menginginkan pertemuan maya kita menjadi sesuatu yang nyata. Suatu hari nanti.
Aku disini, mengetikkan huruf demi huruf. Berjalan menelusuri masa lalu. Menodai lembar kerja putih dengan huruf ketikan berwarna hitam. Malam ini, aku mengerti. Aku beruntung mengenalmu. Banyak yang harus aku pelajari darimu. Malam ini, aku memahami. Arti sebuah perasaan yang timbul begitu saja. Inilah sebabnya aku tak bisa menjawab pertanyaanmu kemarin malam. Jangan tanyakan itu, aku takkan bisa menjawabnya. Perasan itu muncul dengan sendirinya. Melubangi hati yang sudah ku tutup rapat-rapat. Ia bersarang didalamnya. Memberikan hiasan-hiasan pada hati yang kelabu. Memberikan kecerahan pada hati yang gelap. Memberikan kesejukan pada hati yang gersang. Kamu, sang maya yang seperti nyata.
Bukannya aku ingin menggombal. Kalimat ini terketik begitu saja. Ia mengikuti alur fikiranku. Jari-jari ini mengikuti perintah otakku. Otakku hanya menuliskan sederet kalimat pengingat masa lalu. Untuk 1 tahun yang lalu. Aku hanya ingin, suatu hari nanti ketika aku membacanya, aku akan mengingatmu, orang yang pernah memberi kebahagiaan nyata di tiap keseharianku. Dirimu semu, tapi kebahagiaan itu nyata adanya.
Aku masih menunggu hari itu. Suatu hari mendatang, kita akan bertemu di suatu tempat. Saat itu dunia maya kita akan pecah. Menjadi dunia nyata. Diriku, sang maya. Aku masih menunggu kita menjadi nyata.


Kuala Kapuas, 24-Januari-2013, at my room
20.21 WIB
Just for you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini ...
salam blogger ^^