Story by Brittany Envy
Translated by Sierra
Published again by Niken Kusumawardani
Soundtrack : Wishlist by The Ready Set
Kisahku mungkin hampir sama seperti kisah-kisah yang pernah kau
dengar di beberapa cerita tentang remaja dan walaupun kau pernah mendengarnya
aku yakin kalau kisahku ini berbeda. Namaku Aiden. Umurku tujuh belas tahun dan
masih tetap bertahan seperti itu untuk beberapa waktu. Aku hidup bahagia selama
masa kecilku hingga menginjak remaja. Keluargaku mencintai dan
menyayangiku melebihi siapapun didunia ini. Hingga sekitar tiga tahun yang
lalu. Pada waktu itu malam Halloween. Aku sedang merayakan ulang tahun ke tujuh
belas ku dan Halloween tentunya. Semua keluarga dan temanku ada disana untuk
menikmati pesta. Kami menyalakan TV untuk menonton film horor tapi yang pertama
muncul di layar yaitu breaking news tentang sebuah berita penting. Terlihat
seorang pria asing yang berjalan keluar dari sebuah rumah dimana kemudian
ditemukan tiga jasat dan pria tadi masih buron.
Semua orang menjadi ketakutan dan kami semua dengan cepat melupakan
tentang film yang akan kami tonton dan cemas akan pria asing itu sebab jasat yang
baru ditemukan berada di sekitar tempat tinggal kami. Sebelum aku dapat
memahami apa yang sedang terjadi pintu rumah kami terdobrak dan seorang pria
dengan wajah gila dan berlumuran darah masuk ke dalam rumah. Aku menyaksikan
dengan tampang ketakutan ketika dia menerjang teman-teman dan saudaraku dengan
taring besar keluar dari mulutnya. Satu demi satu keluarga dan temanku
cercabik-cabik di depan mataku dan aku tak dapat berbuat apapun untuk
menyelamatkan mereka. Akhirnya setelah tubuh ibuku terkulai lemas di lantai tak
ada seorangpun yang tersisa kecuali aku. Aku terduduk dilantai, mataku
terbelalak tak percaya dan tubuhku bergetar dalam ketakutan. Si pembunuh
berjalan ke arah ku dengan masih menunjukkan taringnya. Saat itu aku menyadari
dia bukanlah seorang manusia. Dia seorang vampire. Dia menarikku dari lantai
dengan mudah dan membenamkan taringnya di leherku yang bergetar.
Sebelum dia dapat meminum tetes terakhir darahku sebuah tembakkan
ditembakkan kearahnya. Aku melirik dan melihat seorang polisi melesat kearah
ku. Sosok itu menjatuhkan tubuhku ke lantai dan berlari. Aku memandang sekitar
dan menjadi semakin lemah dalam sekejap. Rasa sakit memenuhi seluruh tubuhku.
Aku melirik ke tubuh-tubuh mati dari orang-orang yang kukasihi hingga semuanya
berubah menjadi gelap.
Aku tidak ingat kejadian setelah malam itu tapi aku terbangun hari
berikutnya di rumah sakit dan merasa sangat kehausan. Saat aku terbaring di
tempat tidurku dengan tenggorokan yang terbakar yang dapat kupikirkan ialah
apakah yang dapat ku perbuat untuk menghentikannya. Aku menyambar segelas air
di sebelah tepat tidur dengan kecepatan tinggi yang mengejutkanku kemudian aku
meremas gelas itu, tapi aku tak merasakan rasa sakit ketika gelas itu hancur
dan luka ditanganku seketika menghilang.
Aku melompat dari tempat tidur masih dengan rasa tak percaya dan
berlari menuju pintu. Aku tak dapat berpikir apa yang sedang terjadi padaku.
Kemudian aku mencium bau itu. Aroma paling memabukkan yang pernah kucium
sepanjang hidupku. Aku berjalan menuju bau itu sebelum menyadari di
gigiku tumbuh taring dan aku sedang menghisap hingga kering sebuah kantung
darah. Aku mendengar apa yang kuduga sebagai pintu yang dibuka dan dengan
kecepatan baru yang kutemukan dengan cepat aku melompat ke jendela yang terbuka,
kantung darah berada di tangan ku.
Dalam sebulan aku menemukan tempatku sendiri untuk tinggal,
berpura-pura sebagai siswa SMA. Aku hidup dalam kedamain selama tiga tahun ini.
Tahun ini aku seorang senior dan aku tahu aku harus berpindah tempat setelah
lulus SMA nanti karena masalah umurku. Orang-orang akan segera curiga jika
tahun-tahun berlalu dan penampilanku sama sekali tak berubah.
Jadi disinilah aku sekarang masih mencari pria gila yang membunuh
keluarga dan teman-temanku. Aku hampir tidak ingat wajahnya dan aku telah
mencarinya selama waktu yang tak terhitung di catatan perpustakaan menggali
lebih dalam laporan tentang seorang pria asing dan jasat yang ditemukan, tapi
tiap kali aku hanya berakhir di kasusku sendiri. Aku disebutkan telah meninggal
pada berkas perkara setahun yang lalu semenjak mereka tidak dapat menemukanku
setelah aku menghilang dari rumah sakit.
Menemukannya adalah obsesiku. Gambaran setiap orang yang terbunuh
menghantuiku tiap malam tidak bahkan fakta bahwa aku dapat bangun dan berjalan
dibawah matahari dapat menghiburku. Aku muak dengan bagaimana aku harus hidup,
mencuri dan makan dari katong-kantong darah untuk bertahan hidup. Aku adalah
makhluk hina yang juga harus dilenyapkan terutama ketika aku telah membunuh
seseorang ditahun pertamaku menjadi vampire. Aku juga selalu dihantui oleh
wajah seorang gadis malang. Aku berharap dia dapat membunuhku waktu itu. Jika
ada satu hal lagi yang membuatku muak yaitu kenyataan bahwa aku telah tertarik
pada seorang gadis di sekolahku yang harus ku kenal dengan baik. Aku tak akan
berbuat apapun kecuali melukainya bila aku berada didekatnya walaupun disanalah
aku berbicara dengannya setiap hari. Aku telah mengenalnya selama tahun-tahunku
disekolah SMA ini dan aku sangat menyukainya tapi kami tidak mungkin bersama.
Sama sulitnya saat aku mencoba untuk menjauh, dia selalu membuatku kembali
kepadanya.
Dan hari itu akhirnya tiba dimana aku menemukan lokasi pria yang
telah kucari-cari di sebuah artikel baru yang mengumumkan empat tubuh telah
ditemukan dihisap habis darahnya. Aku cepat-cepat pergi ke lokasi dan berlari
ke dalam rumah dimana garis polisi dipasang. Aku mengendus kesekitar dan dapat
merasakan aroma tubuhnya di hutan sekitar. Ketika aku tiba aku dapat menangkap
sekilas gerakan dan menyambarnya. Sosok itu balik melawan dengan kekuatan
brutal dan begitulah bagaimana aku tahu itulah dia. Dia mendorongku kemudian
memandang dengan mata terbelalak tak percaya. Dia kemudian menggeram dan
menerjang ke arahku. Dia telah jauh tersesat dalam darah nafsunya. Aku kembali
melawan dan segera merasakannya lemas di tanganku saat itulah aku menyadari
telah menyedot darahnya sampai kering dan dengan brutal menikam jantungnya
dengan cabang pohon.
Aku melihat darahnya di tanganku tahu kalau balas dendamku telah
tercapai namun entah mengapa aku merasakan sakit didalam. Aku mendengar gerakan
di semak-semak dan keluarlah gadis yang kucintai. Aku menatap matanya dan yang
dapat kulihat ialah seorang monster gila berlumuran darah dengan taring
mencuat. Saat itulah aku menyadari kalau pria itu lah pemenang sesungguhnya dia
telah mengubahku menjadi seperti dia.
Aku melangkah menuju gadis yang kucintai tapi dia berteriak dalam
ketakutan dan rasa jijik. Dia beranjak untuk lari dan terjerembab ke tanah,
gemetar ketakutan. Kilas balik tentangku ketika berada di posisinya melintas
dibenakku. Aku mengulurkan tanganku padanya tapi itu hanya membuatnya semakin
mundur ketakutan. Aku mengangkat dan mencuim bibirnya. Ciuman yang sangat indah
sama seperti lainnya yang telah lalu hanya sedikit bedanya yaitu aku dapat
merasakan ketakutan di bibirnya dan darah dari pria itu.
Tiba-tiba aku merasakan sakit di dadaku dan aku melihat sebuah
cabang pohon didorong ke dadaku dengan tangan gadis yang kusayangi memegang
ujung satunya. Ada air mata di matanya dan dia mulai terisak saat aku terjatuh
ke tanah. Aku memandang sekali lagi ke matanya dan wajah cantiknya. Semuanya
menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini ...
salam blogger ^^