Kita
tak pernah bertemu. Kita hanya berada dalam imaginasi kita. Membayangkan
wajahmu ketika nanti kita bertemu. Selalu begitu. Kita cuma bayangan maya.
Tepatnya, kamu cuma cowok maya untukku saat ini.
Kita
saling mengenal setahun yang lalu. Hanya lewat sebuah pesan singkat. Aku masih
mengingatnya, aku meminta nomer hp mu dengan salah satu teman LCC 4 pilar dari
sekolah SMA 1. Awalnya hanya untuk mencari banyak teman lewat tukaran nomer hp.
Aku masih mengingatnya, pertama kali aku mengirim sms padamu. Dalam fikiranku
hanya satu, kamu cowok yang cuek. Kamu tetap cuek hingga beberapa waktu
kemudian kamu berubah.
Aku
tak ingat kapan kamu mulai bersikap baik padaku. Itu salah satu kesalahan yang
tak bisa aku lupakan. Lama kelamaan kita semakin akrab. Saling mengenal satu
sama lain. Saling jujur dan terbuka. Saling membantu. Aku masih ingat, aku
selalu meminta bantuanmu saat aku berada dikelas X untuk mengerjakan tugas
kimia.
Awal
tahun ajaran baru 2012/2013, aku kembali meminta bantuanmu untuk mengajariku
tentang kimia. Kamu menjelaskan dengan sabar. Aku faham. Plus 1 untukmu.
Tak
pernah ku temukan orang sesabar kamu. Bisa menghadapiku sejauh ini. Padahal aku
tak pernah tahan smsan dengan orang sampai setahun seperti ini. Sikapmu yang
sabar, membuatku kagum. Kamu selalu mengajariku tentang kesabaran, tentang
pentingnya kejujuran. Plus 2 untuk kesabaranmu.
Aku
tak pernah menyangka temanmu berkata padaku, bahwa kamu menyukaiku. Sikap
pertamaku, cuek. Aku tak bergeming. Hanya menganggapnya sms iseng. Tapi dia
terus mengirimnya berulang-ulang diwaktu yang berbeda. Aku mulai percaya.
Sayangnya aku terus berkata ‘’tidak’’.
Semua
sms itu berakhir ketika kamu mengatakannya langsung padaku. Awalnya aku tak
percaya. Memang aku tak bisa menaruh kepercayaan kepada seseorang dengan mudah.
Terlebih untuk hal ini. Aku sangat berhati-hati. Sangat.
Bunyi langkah
lewati malam
Suara semakin sunyi
jauh pergi
Malam yang semakin
suram
Sisakan sepi di
dalam hati
Kala sendiri ku
selalu ingat dirimu
Termenung lamunan
karena merindukanmu
Jauh disana kau
dari pandanganku
Buatku tak bisa
untuk menggapaimu
Rinduku seperti
alunan lirih
Tanpa suaramu tidak
ada arti
Terlalu lama aku
bersedih
Mengisahkan
kerinduan didalam hati
Entah apa yang kau
rasakan disana
Apakah bisa
menerima apa adanya diriku disini
Hanya mempu ku
berdoa berharap untukmu saja
Semoga kau sadari
akan diriku yang menantimu disini dengan ketulusan hati
Masih
ingat puisi itu ? Itu kamu kirim untukku beberapa bulan yang lalu, ketika kamu
tak mengetahui bagaimana perasaanku.
Aku
tak mengerti virus apa yang sudah meracuni hatiku. Aku mulai menyukaimu.
Seiring denganmu yang selalu mencoba masuk kedalam hatiku untuk menggantikan
dia. Aku masih tak mengerti, bagaimana bisa kamu membuat celah didalamnya ?
Bagaimana bisa ? Bukankah aku sudah menutupnya rapat-rapat ?
Kamu
selalu mencoba membuatku menyukaimu. Tapi aku terus saja mengelak. Aku terus
saja membalasnya dengan kata-kata yang terkesan cuek. Aku masih tak mau
mengakuinya. Aku masih tak mau mengakui keberadaan virus itu dalam hati ini.
Hingga
akhirnya suatu hari kamu bertanya ‘’Kamu ada rasa denganku gak ?’’. Aku ragu
ingin menjawab ‘’iya’’. Tapi aku lelah terus menutupnya. Aku lelah terus
mengelak. Aku akui kamu hebat. Bisa membuatku berpaling stelah selama setahun
aku tak bisa melupakan mantanku. Plus 3 untukmu.
Kamu
sudah mengetahuinya. Hingga pada tanggal 11 November 2012 (kalau tidak salah)
kamu menembakku. Kamu meminta jawabannya pada tanggal 15 Novermber, tepat
disaat kembaranmu aniv 1 tahun dengan pacarnya. Aku bingung, Sebentar lagi
ulangan semester aku ingin fokus, tapi aku menyukaimu. Aku meminta saran dengan
sahabatku. Kata mereka terima aja. Aku masih bimbang, aku masih tak mau
merasakan kembali rasa sakit setahun yang lalu. Aku takut semua ini hanya
dusta. Aku kembali meminta saran dengan wali kelasku, beliau berkata ‘’Fikirkan
dampak positif dan negatifnya, jika banyak positifnya, lebih baik di terima’’.
Aku kembali bingung, hingga akhirnya aku mengerti, cinta tak harus memiliki,
tetapi harus saling menyayangi dan dijalani. Hingga akhirnya aku berkata
‘’tidak’’.
Ada
perasaan menyesal sekaligus bangga. Menyesal karena aku melewatkan satu
kesempatan untuk memilikimu. Bangga karena aku tahu keputusan ini memang berat,
tetapi aku yakin keputusan ini pasti yang terbaik, aku harus siap menghadapi
konsekuensinya nanti. Kamu akan pergi menjauhiku, mungkin. Mendekati cewek
lain.
Ulangan
Semester hampir tiba, aku menitipkan semua fbku kepadamu. Kamu terus berusaha
memotivasiku. Aku terus bersemangat. Sayangnya kesalahanku, aku tak terlalu
memberikan motivasi padamu. Aku sibuk dengan urusanku sendiri. Aku mengerti aku
egois. Ini kelemahanku.
Ulangan
selesai dan kita kembali smsn. Ada perasaan cemas menghantui fikiranku, akankah
au berhasil ? Kamu terus mengatakan aku pasti berhasil. Tapi itu masih tak
mampu mengusir rasa takut itu. Hingga aku tak percaya, semuanya, semua kerja
kerasku berbuah manis. Semua dukunganmu berbuah manis. Aku bersyukur telah
mengenal manusia sepertimu. Kamu membawa beberapa perubahan dalam hidupku. Plus
4 untukmu.
Aku
kaget dengan sikapmu, kamu memang tak mendapatkan yang pertama. Kamu memang
harus menempati posisi ketiga. Tapi seharusnya kamu mensyukurinya. Kamu tak
boleh begitu. Aku tahu kamu kecewa. Salahmu, kamu terlalu berharap, jadi ketika
harapanmu masih terlalu jauh untuk dicapai, kamu turun dan kesal. Selama
setengah hari aku tak mengirim sms padamu. Aku ingin kamu tenang. Malamnya aku
mengirim sms padamu, memberimu sedikit kata-kata. Tapi, kekesalanmu masih ada.
Sekali lagi, kamu terlalu berharap tinggi. Untuk kemarahan pertamamu, minus 1.
Kita
sekarang sibuk dengan urusan masing-masing. Kita mulai jarang smsn. Kita mulai
menjauh. Hanya sms singkat yang kuterima dan kubalas. Sedetik kemudian, apakah
rasa ini sudah pudar dari dirimu ? Aku tak tahu.
Aku
tak mengerti tentang kisah ini. Selama hampis 1 tahun aku menjalaninya.
Sekarang, aku mengetiknya huruf demi huruf malam ini. Malam ketika aku mulai
menyadari inilah konsekuensi yang harus aku jalani. Tak mengapa jika kamu
menyukai gadis lain, asal jangan melupakanku sebagai orang yang pernah dekat
denganmu. Tak mengapa jika selama 1 tahun maya membatasi kita, tapi harapan
agar menjadi kenyataan itu selalu ada. Aku menginginkan pertemuan maya kita
menjadi sesuatu yang nyata. Suatu hari nanti.
Aku
disini, mengetikkan huruf demi huruf. Berjalan menelusuri masa lalu. Menodai
lembar kerja putih dengan huruf ketikan berwarna hitam. Malam ini, aku
mengerti. Aku beruntung mengenalmu. Banyak yang harus aku pelajari darimu.
Malam ini, aku memahami. Arti sebuah perasaan yang timbul begitu saja. Inilah
sebabnya aku tak bisa menjawab pertanyaanmu kemarin malam. Jangan tanyakan itu,
aku takkan bisa menjawabnya. Perasan itu muncul dengan sendirinya. Melubangi
hati yang sudah ku tutup rapat-rapat. Ia bersarang didalamnya. Memberikan
hiasan-hiasan pada hati yang kelabu. Memberikan kecerahan pada hati yang gelap.
Memberikan kesejukan pada hati yang gersang. Kamu, sang maya yang seperti
nyata.
Bukannya
aku ingin menggombal. Kalimat ini terketik begitu saja. Ia mengikuti alur
fikiranku. Jari-jari ini mengikuti perintah otakku. Otakku hanya menuliskan
sederet kalimat pengingat masa lalu. Untuk 1 tahun yang lalu. Aku hanya ingin,
suatu hari nanti ketika aku membacanya, aku akan mengingatmu, orang yang pernah
memberi kebahagiaan nyata di tiap keseharianku. Dirimu semu, tapi kebahagiaan
itu nyata adanya.
Aku
masih menunggu hari itu. Suatu hari mendatang, kita akan bertemu di suatu
tempat. Saat itu dunia maya kita akan pecah. Menjadi dunia nyata. Diriku, sang
maya. Aku masih menunggu kita menjadi nyata.
Kuala
Kapuas, 24-Januari-2013, at my room
20.21
WIB
Just for
you.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan komentar di artikel ini ...
salam blogger ^^