Apa
yang anda pikirkan ketika mendengar nama Indonesia? Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar yang mempunyai beribu-ribu suku bangsa, adat istiadat, dan
sumber daya alam yang melimpah yang menjadi penyuplai oksigen terbesar kedua
didunia?. Indonesia juga merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar
ke-4 didunia, dimana mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Ataukah sempat
terlintas dalam pikiran Anda bahwa Indonesia adalah negara yang banyak menyumbang
polusi udara (kabut asap) didunia, negara terkorup, dan negara miskin ?
Dalam
pikiran saya, Indonesia adalah negara kaya dengan kelimpahan sumber daya
manusia dan alamnya namun penduduknya masih banyak berada di garis kemiskinan.
Sebenarnya apa yang salah dengan Indonesia ini ? Apakah pemanfaatan sumber daya
alamnya yang kurang ataukah justru sumber daya manusia kita yang tidak
produktif ? Kita semua mengetahui bahwa kualitas SDM Indonesia masih tidak
sepenuhnya produktif, kekayaan SDA kita kebanyakan dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan asing, dan ironisnya masyarakat Indonesia hanya dijadikan
sebagai buruh di tempat itu. Menyedihkan, sungguh sangat menyedihkan...
Masyarakat Indonesia menjadi masyarakat miskin di negaranya yang kaya raya.
Lalu,
pernahkah Anda mendengar sebuah berita, seorang ibu muda melakukan bunuh diri
bersama dua anaknya dengan cara minum racun. Akibat beban hidup yang begitu
berat. Pertanyaannya adalah mengapa ada orang yang mau bunuh diri dengan
meracuni diri sendiri? Tapi setelah diselidiki lebih lanjut, dalam surat
wasiatnya sang ibu menyatakan kasihan kalau anak-anaknya hidup dalam
kemiskinan. Jadi lebih baik dimatikan saja, agar semua penderitaan berakhir.
Ironis sekali bukan pemikiran salah satu SDM kita ini ? Kemana nilai-nilai
agama dalam dirinya ? Bukankah masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
beragama ? Apakah nilai-nilai agamanya telah tergerus oleh jahatnya kemiskinan
di bumi pertiwi ? Inilah parade kemiskinan di sebuah negara kaya.
Oleh
karena itu, dalam artikel ini saya akan membahas mengenai apa itu kemiskinan ?
Apakah kemiskinan itu akan mendekatkan kita pada kezaliman ? Apakah mimpi-mimpi
besar Indonesia hanya sebatas mimpi ? Serta bagaimana cara-cara untuk mengatasi
kemiskinan ?
Menyinggung masalah kemiskinan, alangkah baiknya
kita terlebih dahulu mengetahui apa arti kemiskinan. Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak
berharta benda; serba kekurangan(berpenghasilan rendah). Dari
bahasa aslinya(Arab) kata miskin diambil dari kata sakana yang artinya diam
atau tenang sedangkan kata masakin
ialah bentuk jama’ dari miskin yang menurut bahasa diambil dari kata sakana
yang artinya menjadi diam atau tidak bergerak.
Menurut
al-Fairuz Abadi dalam Al-Qamus “miskin” adalah orang yang tidak punya apa-apa
atau orang-orang yang sangat butuh pertolongan. Dan boleh dikatakan miskin
orang yang dihinakan oleh kemiskinan atau selainnya.[1]
Sementara itu para ulama baik sahabat atau tabi’in berbeda
pendapat dalam memahami dan menafsirkan lafadh al-masakin dalam surat at-Taubah
ayat 60:
Kata miskin pada ayat di atas diartikan sebagai orang yang
mempunyai sesuatu tetapi kurang dari nisab, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka atau orang-orang yang memiliki harta tetapi tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa ada bantuan. [3]
Kemiskinan mendekatkan pada kezaliman
Kata zalim
berasal dari bahasa Arab, yang artinya gelap. Secara istilah zalim mengandung
pengertian berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan
cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat agama Islam.[4]
Dalam hal
ini kemiskinan dapat dipandang dalam dua hal, yaitu sebagai sebab permasalahan
dan akibat permasalahan. Sebagai sebab permasalahn, seperti yang telah saya
singgung tadi, kemiskinan adalah akar dari sebagian besar tindak kezaliman. Pencurian,
korupsi, bunuh diri, perdagangan anak-anak/perempuan dan pelacuran,
kriminalitas, kebodohan, dan kelaparan, semua itu adalah buah dari kemiskinan.
Ketika kita lihat dari sisi permasalahan pencurian, pelacuran, bunuh diri, dan
kriminalitas, kebanyakan motif dari keempat kasus tersebut adalah karena
terlalu berat beban ekonomi yang ada dipundak mereka, belum lagi jika mereka
harus menghidupi anak-anak dan keluarga mereka yang begitu banyak. Kemudian
ketika dilihat dari sisi kebodohan dan kelaparan, lagi-lagi karena terjepit
dalam ruang kemiskinan seorang anak memutuskan untuk berhenti sekolah. Suatu
desa miskin menjadi desa tertinggal karena minimnya sarana dan prasarana desa
tersebut, belum lagi ditambah dengan keadaan anak-anak di desa yang mengalami
permasalahan gizi buruk, keterbelakangan mental, dan berbagai permasalahan
kesehatan lainnya. Dari sisi inilah
dapat terlihat bahwa kemiskinan sangat kejam dan merupakan permasalahan
pelik bagi bangsa Indonesia.
Sedangkan
dalam pandangan sebagai akibat permasalahan, kemiskinan merupakan suatu hasil
dari ketidakadilan. Baik itu ketidakadilan pemimpin bangsa, hukum yang berlaku,
sistem, maupun gabungan dari ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan
menempatkan kepentingan masyarakat miskin sebagai kepentingan terendah, bahkan
hal tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting untuk dipikirkan.
Tipe pemimpin seperti ini lebih suka mementingkan kepentingan pribadi dan orang
kaya yang dengan mudah untuk memberikan
“bonus”, bahkan tidak peduli dengan rintihan jutaan rakyat yang terjebak dalam
kemiskinan. Ketidakadilan hukum akan menempatkan orang miskin dalam posisi
masyarakat terlemah. Apalagi ketika terjadi praktek jual beli jasa hukum,
dimana salah satu contohnya pejabat yang korupsi dipenjara selama 1 bulan,
sedangkan maling ayam di penjara selama 3 bulan. Kemudian ketidakadilan sistem
akan membuka peluang terjadinya hukum rimba yang berimbas pada tidak
didengarkannya suara-suara rakyat miskin.
Rasulullah saw. Pernah bersabda yang diriwayatkan oleh
Turmudzi :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ عَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّ
النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا
إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا
إِمَامٌ جَائِرٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ
إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Rasulullah
saw bersabda: sesungguhnya manusia yang paling dicintai allah pada hari kiamat
dan yang paling dekat kedudukannya di sisi allah adalah seorang pemimpin yang
adil. Sedangkan orang yang paling dibenci allah dan sangat jauh dari allah
adalah seorang pemimpin yang zalim. (HR. Turmudzi)[5]
Hadis ini menekankan bahwa kriteria adil sangat
penting bagi seorang pemimpin. Tanpa nilai-nilai keadilan yang dijunjung tinggi
oleh seorang pemimpin, maka sebuah kepemimpinan tidak akan berhasil mengangkat
kesejahteraan umatnya. Karena itu, bisa kita pahami mengapa Rasul berkali-kali
menekankan akan pentingnya seorang pemimpin yang adil.
Mimpi-mimpi bangsa Indonesia, apakah hanya sebatas mimpi ?
Bangsa
Indonesia mempunyai cita-cita yang sederhana, yaitu mewujudkan suatu negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Selain mempunyai cita-cita,
bangsa Indonesia juga mempunyai tujuan nasional yang sangat sederhana. Bangsa
Indonesia hanya menginginkan adanya pemerintahan Negara Republik Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.[5]
Tetapi
sangat disayangkan, diusia bangsa Indonesia yang sudah menginjak 69 tahun
kemerdekaannya, kini bangsa Indonesia malah memasuki fase penjajahan kembali,
yang menempatkan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa kuli. Bukankah kita
telah diingatkan oleh Bung Karno : “Wahai pemuda ! Indonesia akan kembali menjadi
bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina dirumah sendiri. Dan
sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan Benua Australia, diantara
lautan Teduh dan lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula
mencoba untuk hidup kembali menjadi sebuah bangsa, akhirnya kembali menjadi
satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali menjadi een natie van koelis, en een koelie onder de naties” – Soekarno.[6]
Ada
sebuah pertanyaan kecil, bagaimana membangun sebuah bangsa dan menghapuskan
segala masalah yang menghambat pertumbuhan bangsa ini jika masyarakatnya saja
tidak mempunyai jiwa dan karakter ? Hanya ada satu jawaban pasti, sumber
kekuatan kita yang paling utama adalah semangat dan jiwa bangsa kita sendiri.
Jangan berdiam diri
Mimpi-mimpi
besar bangsa Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Mimpi-mimpi besar
tersebut akan terwujud dengan adanya komitmen masyarakatnya untuk berbenah diri
namun hal itu juga tidak akan tercapai jika persoalan kemiskinan masih menjadi
masalah terbesar di sekitar kita.
Islam adalah sistem
hidup yang sahih. Islam memiliki cara yang khas dalam menyelesaikan masalah
kemiskinan. Syariat Islam memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan
masalah kemiskinan; baik kemiskinan alamiah, kultural, maupun struktural.
Namun, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki hubungan sinergis
dengan hukum-hukum lainnya. Jadi, dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk
kemiskinan, Islam menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam
mengatasi kemiskinan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Bekerja
Bekerja adalah
cara utama untuk mengatasi kemiskinan. Ia adalah faktor dominan dalam hal
kemakmuran dunia. Didalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk
bekerja atau mencari nafkah. Hal tersebut sesuai dalam firman Allah Azza wa
Jalla :
”Dia-lah
yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [al-Mulk/67:15]
Selain
itu, cara mengatasi kemiskinan adalah dengan membuka lapangan pekerjaan baru
disemua bidang, serta diadakan pelatihan agar calon-calon pekerja tersebut
memiliki keahlian dalam bidangnya. Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban negara.
Hal ini menyandar pada keumuman hadis Rasululah saw.:
“Seorang iman (pemimpin) adalah bagaikan penggembala, dan
dia akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya)” (HR Bukhari
dan Muslim).
Demikianlah, ketika syariat Islam mewajibkan
seseorang untuk mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maka syariat
Islam pun mewajibkan negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan cara
ini, setiap orang akan produktif sehingga kemiskinan dapat teratasi.
1. Zakat
Islam tidak akan
acuh terhadap kemiskinan yang terjadi. Salah satu cara mengatasi kemiskinan
menurut Islam adalah dengan mengeluarkan zakat, seperti yang difirmankan Allah
pada surah At-Taubah ayat 60 yang sudah saya sebutkan diatas. Karena didalam
zakat, ada hak-hak orang lain yang membutuhkan dan fakir miskin sendiri adalah
penerima zakat yang paling utama
2. Kebijakan
pemerintah yang pro rakyat
Tentu saja peran aktif dari pemerintah
sangat dibutuhkan untuk menyatukan seluruh kekuatan dalam memerangi
kemiskinan.Seorang pemimpin tidak bisa sekedar berpikir dan bergulat dengan
wacana sembari memerintah bawahannya untuk mengerjakan perintahnya, melainkan
pemimpin juga dituntut untuk bekerja keras untuk mengurus persoalan-persoalan
rakyatnya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian BLT, raskin, pinjaman
sementara untuk modal usaha, maupun penyediaan layanan pendidikan secara
cuma-cuma.
Dari keseluruhan
paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengentasan kemiskinan tidak akan
terwujud dengan sekadar wacana publik, tetapi harus diwujudkan melalui agenda
aksi nyata. Dapat kita lihat disekeliling kita tentu masih ada rasa humanisme
masyarakat yang mau turun langsung mengorbankan seluruh waktu, tenaga, materi,
dan pikirannya untuk mengentaskan kemiskinan. Sekecil apapun usaha yang telah
mereka lakukan, hal tersebut sangat berarti untuk kemajuan bangsa ini kelak.
Dan apa yang akan kita lakukan? Apakah kita hanya berdiam diri dan mengikuti arus parade
kemiskinan dinegara ini ?
[2]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, Semarang, CV. Toha Putra, 1995, hlm. 288.
[4] Wikipedia, “Zalim”, diakses dari
id.m.wikipedia.org/wiki/Zalim, pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.00
[5] Islam is Logic, “40 Hadits tentang
Pemimpin dan Penjelasannya”, diakses dari http://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-penjelasanya/.html,
pada tanggal 30 November 2014 pukul 09.34
[6] Alif Lukmanul Haki, “Berharap pada
Darah Pemuda”, diakses dari
m.kompasiana.com/post/read/561326/2/berharap-pada-darah-pemuda.html, pada
tanggal 2 November 2014 pukul 11.35